Leukemia atau kanker darah adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelainan yang berkembang pada sel darah, sumsum tulang belakang, atau sistem limfatik. Penyakit ini bisa memengaruhi semua bagian, mulai dari plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, hingga trombosit. Namun pada banyak kasus, leukemia menyerang sel darah putih yang berkembang di sumsum tulang.
Leukemia disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel abnormal pembentuk tumor ganas. Tak ada yang tahu bagaimana sel-sel tersebut bertransformasi. Namun, para ahli medis yakin sejumlah faktor risiko bisa meningkatkan risiko ini, misalnya mutasi genetik, paparan radiasi tinggi dan asap rokok, serta sistem imun tubuh yang lemah. Leukemia terbagi jadi tiga subtipe, yakni:
*Leukemia Limfoblastik Akut (LLA): sel kanker pembentuk limfosit yang tumbuh dengan cepat.
“Diestimasi 11 ribu lebih kasus kanker baru pada anak di Indonesia. Terbanyak adalah leukemia, yaitu sekitar 3.880 atau 35 persen dari total kasus,” kata dr Maxi Rein Rondonuwu, DHSM MARS, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI ketika konferensi pers daring, Kamis (2/2/2023).
Gejala Leukemia
Gejala awal kanker anak umumnya tidak terlalu serius atau spesifik. Oleh karena itu, para orang tua sering mengabaikan dan menganggap sepele kondisinya. Waspadailah kemungkinan gejala-gejala leukemia berikut ini dikutip dari American Cancer Society:
Kondisi ini disebabkan oleh penumpukan sel ganas di dekat permukaan tulang atau di dalam sendi. Anak biasanya akan tampak kesakitan sembari mengeluhkan sakit di bagian tubuh tertentu atau pegal.
Kelenjar limfatik (getah bening) yang bengkak akibat infeksi dapat ditandai dengan benjolan di bawah kulit pada bagian tubuh tertentu, seperti area leher, ketiak, dan selangkangan. Kondisi tersebut juga bisa terjadi di dada atau perut, tetapi hanya dapat dilihat menggunakan tes pencitraan, seperti CT scan atau MRI.
Leukemia dapat merusak struktur organ di dada, seperti kelenjar getah bening atau timus (organ kecil di depan trakea). Timus atau kelenjar getah bening yang membesar di dada dapat mengimpit trakea sehingga menyebabkan batuk atau kesulitan bernapas. Dalam beberapa kasus, sel kanker dapat menumpuk di pembuluh darah kecil paru-paru dan menimbulkan kondisi yang serupa.
Pembengkakan kelenjar timus akibat leukemia dapat menekan Superior Vena Cava (SVC), yaitu pembuluh darah besar yang terhubung dari kepala, lengan, hingga kembali ke jantung. Hal ini dapat memicu sindrom SVC. Gejalanya bisa berupa pusing dan penurunan kesadaran jika memengaruhi otak. Sindrom SVC sangat mengancam jiwa sehingga perlu segera diobati.
Otak memerlukan darah untuk menjalankan tugasnya. Namun, jika sel darah sudah berubah menjadi kanker, anak-anak akan merasakan gejala neurologis, seperti sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, lemas, kejang, muntah, masalah keseimbangan, dan penglihatan kabur.
Pada anak-anak dengan Leukemia Myeloid Akut (LMA), sel leukemia dapat menyebar ke gusi. Lambat laun, hal tersebut menyebabkan pembengkakan, nyeri gusi, dan pendarahan.
Jika menyebar ke kulit, akan bintik hitam kecil yang terlihat seperti ruam. Kumpulan sel AML di bawah kulit atau bagian tubuh lain disebut kloroma atau sarkoma granulositik.
Jika limpa atau hati sebagai organ penyaring racun telah membengkak akibat infeksi, organ lain di perut akan tertekan. kondisi ini dapat membuat anak merasa kenyang meski hanya makan sedikit dan hilangnya nafsu makan. Seiring waktu, hal ini berdampak pada penurunan berat badan secara drastis.
Keluhan ini sering terjadi, namun kerap pula disepelekan. Ketidakseimbangan sel darah merah dan putih menyebabkan pengentalan darah dan memperlambat sirkulasi melalui pembuluh darah kecil di otak. Akibatnya, anak mudah lemas, kelelahan ekstrem, dan ucapan yang sering terdengar tidak jelas.
Jika seorang anak mudah memar, kerap mengalami mimisan parah, dan pendarahan dari gusi, kemungkinan mengarah pada leukemia. Kondisi ini disebabkan oleh jumlah trombosit yang menurun guna mencegah pendarahan.
Sering sakit dalam waktu berdekatan juga merupakan tanda leukemia. Pengidapnya cenderung memiliki jumlah sel darah putih yang tinggi, tetapi tidak berfungsi dengan baik. Karena itu, tubuh tidak memiliki kemampuan untuk melawan infeksi.
Kemungkinan gejala leukemia pada anak ini dapat terjadi sangat lambat ataupun cepat. Dengan demikian, orang tua diharapkan jeli memerhatikan kondisi dan menjaga kesehatannya sebagai langkah preventif. Meski begitu, tidak semua dari keluhan tersebut pasti leukemia. Penyakit tidak serius pun bisa menimbulkan kondisi yang serupa.
(up/detik)