Seperti dilansir Reuters, Jumat (10/12/2021), Amerika Serikat (AS) menjadi negara pertama yang mengumumkan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Beijing pada awal pekan ini.
Otoritas AS menyatakan pejabat pemerintahannya tidak akan menghadiri Olimpiade pada 4-20 Februari 2022 karena ‘kekejaman’ pelanggaran hak asasi manusia (HAM) oleh China di wilayah Xinjiang. Langkah AS itu diikuti oleh Australia, Inggris dan Kanada.
Boikot diplomatik oleh AS dan sekutu-sekutunya dilakukan saat semakin memburuknya hubungan antara AS dengan China yang berawal di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Pemerintahan baru AS di bawah Presiden Joe Biden mempertahankan tekanan terhadap China dalam berbagai isu, termasuk soal pelanggaran HAM dan klaim maritim China di Laut China Selatan.
Wang dalam pernyataannya menekankan bahwa Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 2 Desember mengadopsi resolusi, disponsori oleh lebih dari 170 negara dari total 193 negara anggota, soal ‘Gencatan Senjata Olimpiade’ yang menyerukan negara-negara untuk tidak dikontrol politik dan bersatu dalam olahraga selama Olimpiade Beijing.
Lebih lanjut, Wang menegaskan bahwa AS dan sekutu-sekutunya akan ‘membayar harga untuk tindakan mereka yang keliru’ dan menuduh mereka ‘memanfaatkan platform Olimpiade untuk manipulasi politik’.
Sementara itu, berbeda dengan AS dan sekutunya, Prancis menyatakan tidak akan ikut melakukan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Beijing. Namun demikian, Menteri Pendidikan Prancis menyatakan bahwa setiap pelanggaran HAM di China harus dikecam.