Awalnya jumlah korban keracunan dilaporkan 18 orang seperti yang disampaikan Camat Kenjeran, Surabaya Yuri Widarko. Namun puskesmas setempat memberi update data bahwa jumlah korban mencapai 71 orang.
“Dari kasus itu, ada 71 warga kena. Kemudian yang dirawat di puskesmas 14, 12 kita rujuk ke RS. Ada ke RSUD dr Soewandhie 4, RS Unair 3, Puskesmas Bulak Banteng ada 3, Sidotopo Wetan ada 1. Jumlahnya yang rawat inap ada 26,” kata dr Eka Kartikawati, Kepala Puskesmas Tanah Kalikedinding, dilansir detikJatim, Minggu (2/7/2023).
Keracunan massal ini terjadi setelah warga menyantap olahan daging kurban pada Kamis (29/6) malam, kemudian mengalami gejala pada Jumat (30/6) pagi. Sejumlah warga bahkan sempat dirawat di puskesmas hingga di rumah sakit terdekat.
Dari 71 warga yang keracunan, tidak semua dirawat inap. Ada yang menunjukkan gejala tetapi tidak berat sehingga bisa menjalani rawat jalan di rumah masing-masing.
Dokter Eka menjelaskan keracunan massal itu bermula dari kegiatan tahunan Idul Adha di kampung warga. Gejala yang dirasakan warga mulai dari mual, muntah, diare, hingga demam sehingga sejumlah warga langsung dilarikan ke RS, dokter praktik swasta, atau periksa mandiri.
Adapun daging kurban yang diduga sebagai penyebab keracunan massal ini telah diambil sampelnya untuk diuji laboratorium. Pasien yang dirawat juga diambil sampel untuk dikirim ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa keracunan massal yang dialami warga bisa disebabkan karena banyak hal. Salah satunya bisa karena kebersihan saat mengolah makanan. Eri meminta jajarannya untuk turun melakukan pengecekan.
(yld/imk/detik)