Al Jumail ‘Kota Hantu’ Qatar yang Ditinggalkan Penduduknya

0
Foto: Kota hantu Qatar yang telah ditinggalkan (Dimitris Sideritis/CNN)

Doha -Desa-desa di pantai barat laut Qatar telah ditinggalkan. Sisa-sisa ‘kota hantu‘ ini memperlihatkan sekilas kehidupan masa lalu yang menarik.

Dikutip dari CNN Travel, Salah satu desa yang ditinggalkan itu adalah Al Jumail. Penduduk setempat telah menjauh dari desa-desa-desa tradisionalnya dan pindah ke ibu kota modernnya di Doha.

Meski tak banyak yang tahu asal-usulnya, Al Jumail berasal dari paruh kedua abad ke 19. Sisa -sisa rumah dan bangunannya yang luas menunjukkan pentingnya desa pada zaman itu. Sebagian besar kegiatan ekonomi penduduk Al Jumail dan desa-desa lainnya yaitu berlabuh ke laut.

“Ini adalah desa nelayan, itulah sebabnya rumah-rumah dibangun tepat di atas garis air pasang,” kata pakar arsitektur Teluk, Ronald William Hawker kepada CNN.

“Dataran pasang surut di depan desa dipenuhi dengan perangkap ikan yang akan menangkap ikan ketika air laut surut. Perairan di sekitarnya dangkal sehingga mereka cenderung menggunakan perhau kecil yang dapat berlayar melalui perairan dangkal dan di sekitar berbagai terumbu, batu dan pasang surut,” tambahnya.

Kebanyakan orang di Teluk memiliki cara musiman untuk mencari nafkah. Ialah mencari mutiara, salah satu pendapatan utama Qatar sebelum penemuan minyak pada 1930-an.

“Kami mulai bekerja dari awal pagi hingga salat maghrib,” kenang Ahmed Mohammed Srour.

“Kami tidak pernah beristirahat atau tidur siang. Tidak ada sarapan atau bahkan makan siang. Satu kali makan adalah saat makan malam,” tambahnya.

Saat itu, sebagian besar penduduk kota pesisir pindah ke gurun Qatar selama musim dingin. Mereka mendirikan kemah di berbagai oasis. Saat musim panas, mereka kembali ke rumah mereka di sepanjang garis pantai barat, utara dan timur. Tata letak dan prinsip-prinsip organisasi kota dan desa sebagian besar dipandu oleh lingkungan dan tradisi islam.

Rumah-rumah mereka memiliki dinding yang relatif tinggi dengan pintu masuk terhuyung-huyung, tujuannya untuk menghalangi akses visual ke dalam dan ruang keluarga pribadi. Makanan dimasak di atas api dan kayu. Sebagian besar dari mereka memakan nasi dan ikan dengan kurma yang digunakan sebagai pengganti gula.

“Orang-orang berkumpul bersama dengan keluarga besar mereka,” kata Hawker.

“(Mereka) tidak diizinkan untuk membangun (rumah) sedemikian rupa sehingga bisa melihat ke halaman tetangga,” tambahnya.

Akses reruntuhan Al Jumail dan desa-desa di sekitarnya menunjukkan tanda-tanda jalan utama menuju Al Zubarah, satu-satunya Situs Warisan Dunia UNESCO Qatar dan salah satu pusat mutiara dan perdagangan terpenting di kawasan tersebut pada abad ke 18. Meski bisa mengunjungi kawasan tersebut dengan mobil biasa, tetapi wisatawan disarankan menggunakan kendaraan roda empat off road untuk beberapa kilometer.

(elk/elk/detik)