Akibat gencatan senjata dari Rusia yang terus menerus, sistem sanitasi di kota tersebut mengalami kerusakan sehingga menyebabkan penyakit dan menimbulkan banyak korban jiwa.
“Ada wabah disentri dan kolera … Perang yang memakan 20.000 penduduk … sayangnya, dengan wabah infeksi ini, akan merenggut ribuan nyawa warga Mariupol lagi,” ucap Wali Kota Mariupol, Vadym Boychenko, yang dikutip dari Reuters, Sabtu (11/6/2022).
Zelensky juga menambahkan faktor wabah kolera ini di antaranya mulai dari kerusakan saluran pembuangan, komponen lingkungan, hingga infeksi.
“Kerusakan saluran pembuangan dapat menjadi masalah besar, baik karena komponen lingkungan dan infeksi. Maka dari itu, PBB telah menyimpulkan bahwa mungkin ada wabah kolera dan penyakit lain seperti disentri dan sebagainya. Dan itu bisa merenggut ribuan orang kita,”
Selain itu, pada Jumat (10/6/2022) waktu setempat, pemerintah Ukraina juga meminta pengiriman senjata yang lebih cepat dari negara-negara Barat. Tujuannya untuk menghadapi pasukan Rusia yang bersenjata lebih baik.
Warga perlahan mulai kembali ke jalanan kota Mariupol, Ukraina, yang digempur pasukan Rusia selama berminggu-minggu dan sekarang berada di bawah kendali penuh Moskow. Aktivitas tampak mulai kembali di tempat-tempat umum yang sebelumnya sepi dan kosong selama pertempuran berlangsung.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (31/5), warga kota Mariupol tampak mengisi daya perangkat elektronik mereka dari generator dan bertukar makanan juga pakaian di pasar jalanan dadakan pada Senin (30/5) waktu setempat.
“Tidak ada aliran listrik, tidak ada air — semuanya sangat sulit, tentu saja,” tuturnya.
Seorang pria bernama Nikolai juga menuturkan dirinya datang untuk mengisi daya ponselnya, karena tidak ada aliran listrik di stasiun kereta yang kini menjadi tempat tinggalnya.
Beberapa warga Mariupol lainnya terlihat mengumpulkan produk-produk penting dalam kotak-kota yang dihiasi huruf Z yang berarti simbol pro-Rusia.