Rencana ini akan membuat kapal perang siap tempur Australia, dari yang saat ini berjumlah 11 kapal menjadi 26 armada, dan ditambah dengan 25 kapal perang kecil untuk berkontribusi pada operasi keamanan maritim sipil.
“Ini adalah armada terbesar yang akan kami miliki sejak akhir Perang Dunia Kedua,” kata Menteri Pertahanan Richard Marles.
Kekhawatiran atas ketegangan Cina dan Rusia
Selama bertahun-tahun, Canberra telah berupaya membangun kemampuan pertahanan angkatan lautnya untuk menghadapi eskalasi daya tembak besar-besaran yang dilakukan oleh negara pesaingnya, yaitu Cina dan Rusia.
Tinjauan strategis Australia pada 2023 mengatakan bahwa persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina mendefinisikan kawasan Pasifik yang mengarah pada “potensi konflik.”
“Apa yang sangat penting untuk dipahami adalah bahwa ketika kita memikirkan masa depan, dengan dunia yang tidak menentu dalam hal persaingan antar kekuatan besar ini, kita akan memiliki kemampuan yang sangat berbeda pada pertengahan tahun 2030-an dari apa yang kita miliki saat ini,” ungkap Marles.
“Itulah yang kami rencanakan dan itulah yang sedang kami bangun,” tambah Marles.
Pada 2021, Australia sempat mengumumkan rencananya untuk membeli setidaknya tiga kapal selam bertenaga nuklir yang dirancang oleh AS, sebagai bagian dari pakta keamanan AUKUS dengan Washington dan London.
Rencana Australia beli kapal perang baru
Australia akan mendapatkan enam kapal jenis fregat kelas Hunter, 11 fregat serbaguna, tiga kapal penghancur pesawat tempur, dan enam kapal perang tercanggih tanpa awak.
Dengan rencana itu, Australia akan meningkatkan anggaran belanja pertahanannya menjadi 2,4% dari PDB pada pertengahan 2030-an, jumlahnya lebih tinggi dari ekspektasi saat ini sebesar 2,1%.
“Keputusan yang kami ambil ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pengeluaran pertahanan … dan hal itu diperlukan, mengingat kompleksitas keadaan strategis yang dihadapi negara kami,” kata Marles.
Beberapa armada kapal akan dibangun di Adelaide dan membuka lebih dari 3.000 pekerjaan, namun pekerja lainnya akan bersumber dari para desainer AS, dan beberapa desain dari Spanyol, Jerman, Korea Selatan, atau Jepang, yang masih belum akan diputuskan nantinya.
kp/rs (AFP, Reuters)
(ita/detik)