Melansir dari CNN International, Senin (1/7/2024) melalui aturan baru, vape hanya dapat dijual di apotek dengan kemasan yang polos. Sementara itu, vape yang dijual juga terbatas dengan tiga rasa, yakni mint, mentol, dan tembakau.
Mulai Senin (1/7), pemerintah Australia menetapkan bagi yang membeli vape harus menyertakan resep dokter. Menteri Kesehatan Mark Butler mengatakan langkah ini dilakukan untuk menekan kecanduan nikotin pada generasi muda.
Sebelumnya, pihaknya juga telah melarang impor vape sekali pakai dan penjualan vape di toko dan peritel. Langkah ini dinilai sebagai aturan yang terdepan di dunia.
“Jarang sekali parlemen mendapat kesempatan untuk melakukan sesuatu yang benar-benar bermakna dan bermanfaat bagi kesehatan generasi muda Australia,” katanya.
Namun, pengetatan tersebut tidak berlangsung lama. Pada Oktober mendatang, pembelian vape disertai resep dokter hanya berlaku untuk anak-anak di bawah usia 18 tahun. Hal ini berdasarkan kesepakatan parlemen saat mengesahkan aturan itu.
Ini berarti, orang dewasa dapat membeli vape di apotek tanpa resep dokter. Namun, vape diperkirakan sulit ditemukan usai beberapa apotek terkemuka menolak menjualnya.
“Apoteker adalah profesional kesehatan dan asosiasi apotek tidak ingin menyediakan produk yang berpotensi membahayakan dan membuat kecanduan ini tanpa resep,” kata Wakil Presiden Nasional dari Pharmacy Guild of Australia Anthony Tassone.
Di sisi lain, aturan tersebut mengundang kontra dari sejumlah kalangan. Pasalnya, beleid tersebut memicu munculnya pasar gelap vape, seperti yang terjadi pada rokok di Australia.
Negara tersebut berencana menaikkan pajak rokok sebesar 5% pada September. Dengan begitu, harganya diperkirakan makin meningkat. Saat ini sekotak rokok yang berisi 20 batang seharga 35 dolar Australia atau setara US$ 23 (senilai Rp 377.200 dengan kurs Rp 16.400). Harga ini jauh lebih mahal dibandingkan di Amerika Serikat dan Inggris.
Meski begitu, Pakar dari Royal Australian College of General Practitioners Hester Wilson mengatakan para pengguna vape bisa saja beralih ke rokok untuk mendapatkan asupan nikotin, meskipun harga rokok mahal. Hal ini menyusul dari penjualan vape yang diperketat.
“Kenyataannya saat ini vape sebenarnya masih lebih murah. Namun, dengan perubahan peraturan perundang-undangan yang tidak menentu, mungkin membuat mereka berpikir, ‘Yah, saya tidak akan bisa mendapatkannya. Mungkin saya akan kembali merokok, atau mungkin saya akan mulai merokok’,” katanya.
(rrd/rir/detik)