Dilansir AFP Senin (19/6/2023), pihak berwenang menurunkan jumlah orang yang dinyatakan hilang di tengah cuaca buruk di negara bagian Rio Grande do Sul yang melanda sejak Kamis dari 10 menjadi 4.
Hujan deras dan angin kencang menyebabkan kerusakan di puluhan kota di negara bagian itu, termasuk ibu kotanya Porto Alegre, yang terbaru dalam serangkaian bencana iklim di negara Amerika Selatan itu.
Korban tewas naik menjadi 13 dengan ditemukannya dua mayat lagi di kota Caraa, salah satu yang paling terpukul, kata badan pertahanan sipil negara.
Seorang bayi berusia empat bulan termasuk di antara korban tewas, kata media setempat. Mereka menyiarkan rekaman mobil yang tersapu ke kuburan oleh angin kencang.
“Air mencapai pinggang kami di dalam rumah. Terima kasih Tuhan, petugas pemadam kebakaran tiba dengan cepat dan mengeluarkan kami dengan perahu. Rasanya seperti mimpi buruk,” kata seorang wanita di kota Sao Leopoldo kepada surat kabar Estadao, yang tidak memberikan namanya.
Sebanyak 3.713 orang mengalami kerusakan rumah, dan 697 orang dievakuasi dari daerah yang berisiko terkena topan.
Gubernur Rio Grande do Sul Eduardo Leite mengunjungi daerah yang terkena dampak paling parah dengan helikopter pada hari Sabtu bersama dengan pejabat pemerintah dan penyelamat.
Di Caraa, gubernur mengunjungi pusat komunitas yang digunakan untuk menampung ratusan orang yang rumahnya rusak akibat badai.
“Situasi di Caraa sangat mengkhawatirkan kami. Sangat penting bahwa kami dapat, secara terpadu, dengan cepat memetakan daerah-daerah utama yang terkena dampak dan mengidentifikasi orang-orang yang membutuhkan bantuan,” kata gubernur dalam pernyataannya.
Leite mengatakan petugas pemadam kebakaran negara bagian telah menyelamatkan sekitar 2.400 orang dalam dua hari terakhir.
“Tujuan utama kami saat ini adalah melindungi dan menyelamatkan nyawa manusia. Menyelamatkan orang-orang yang terisolasi, menemukan yang hilang dan mendukung keluarga,” kata Leite.
Brasil telah dilanda serangkaian bencana cuaca mematikan dalam beberapa tahun terakhir, yang menurut para ahli diperparah oleh perubahan iklim.
Sedikitnya 65 orang tewas pada Februari ketika hujan deras memicu banjir dan tanah longsor di negara bagian tenggara Sao Paulo.
(eva/detik)