Pranata Humas Ahli Muda Bakamla RI Kapten Bakamla Yuhanes Antara mengatakan otoritas Indonesia sudah menghubungi kelima kapal ikan berbendera China itu. Petugas bertindak karena kelima kapal tidak memberi respons.
“Meskipun telah dihubungi melalui kanal radio 16, kelima kapal tersebut tidak memberikan respons,” kata Kapten Yuhanes dalam keterangan yang diterima, Rabu (11/9/2024).
Peristiwa ini bermula pada Selasa (10/9) sekitar pukul 12.00 WIB, ketika Vessel Traffic System (VTS) Batam memonitor 5 kapal ikan China yang sedang melaksanakan labuh jangkar di 22 NM utara Tanjung Berakit, dengan koordinat 1° 23.099′ N, 104°34.223′ E.
Menghadapi situasi tersebut, pukul 16.00 WIB VTS Batam berkoordinasi dengan KN Tanjung Datu-301 untuk melakukan pendalaman terhadap aktivitas mencurigakan kelima kapal tersebut. Berdasarkan hasil koordinasi, diketahui bahwa kapal-kapal ikan tersebut diduga sedang menunggu antrean untuk masuk ke Pelabuhan Singapura.
“Pada pukul 20.00 WIB, Komandan KN Tanjung Datu-301 Kolonel Bakamla Rudi Endratmoko, melaksanakan koordinasi dengan Direktur Operasi Laut Bakamla RI Laksma Bakamla Basri Mustari untuk mendapatkan persetujuan perintah pemeriksaan,” katanya.
Kemudian, pada pukul 21.00 WIB, Komandan KN Tanjung Datu-301 mengadakan briefing dengan tim VBSS (Visit, Board, Search, and Seizure) untuk menyusun rencana pelaksanaan pemeriksaan lebih lanjut.
Dengan jarak 43 nautical mile (NM) dari lokasi kapal-kapal tersebut, KN Tanjung Datu-301 segera bertindak. Pada Rabu (11/9) dini hari pukul 04.00 WIB, dua tim VBSS dikerahkan menuju lokasi.
Pukul 06.00 WIB saat tiba di lokasi, tim VBSS KN Tanjung Datu-301 berhasil membayangi dan mengawal kelima kapal tersebut hingga mereka meninggalkan perairan Batam dan bergerak menuju TSS (Traffic Separation Scheme) di Singapura.
“Langkah tegas ini menunjukkan komitmen Bakamla RI dalam menjaga kedaulatan wilayah perairan Indonesia dari aktivitas ilegal yang dilakukan oleh kapal asing,” jelasnya.
(jbr/imk/detik)