Banjir Rendam 3 Desa di Gorontalo, 929 Warga Jadi Korban

0
Banjir di Gorontalo (Foto: dok BNPB)

JakartaBanjir merendam tiga desa di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo pada Jumat (17/9) siang. Banjir ini dipicu oleh hujan lebat hingga debit air Sungai Paguyuman, salah satu sungai terbesar di provinsi ini meluap.

Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan banjir di Gorontalo terjadi pukul 13.00 Wita. Banjir itu berdampak di tiga desa, yaitu Desa Tolite di Kecamatan Boliyohuto, Juria di Bilato dan Molohu di Tolangohula.

“Sebanyak 275 KK atau 929 warga di tiga desa ini yang terdampak banjir,” kata Abdul Muhari dalam keterangan tertulisnya, Jumat (17/9/2021).

Dia menyebut saat banjir terjadi, ketinggian muka air setinggi 30 cm hingga 80 cm merendam 267 rumah warga. Menurutnya, tidak ada kerusakan berat akibat banjir tersebut.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gorontalo melaporkan tidak ada korban jiwa atau pun luka-luka akibat banjir tersebut. BPBD Kabupaten Gorontalo merespons kejadian ini dengan menerjunkan personel tim reaksi cepat (TRC) untuk penanganan darurat.

“Personel disiagakan untuk melakukan pemantauan maupun pendataan. TRC juga bersiaga apabila ada warga yang harus dievakuasi ke tempat yang aman,” ujarnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memprediksi wilayah Gorontalo masuk musim hujan tahun ini pada September hingga November 2021. Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, tiga kecamatan berpeluang hujan dengan intensitas ringan pada Minggu (19/9).

Sedangkan analisis inaRISK, Provinsi Gorontalo memiliki 17 kecamatan yang berpotensi bahaya banjir dengan kateogri sedang hingga tinggi.

Dilihat pada data BNPB selama periode 2015-2020, kejadian banjir di Kabupaten Gorontalo tercatat sebanyak 20 kali. Selama kurun waktu itu, banjir menelan korban jiwa sebanyak 4 warga dan 1 lainnya hilang, sedangkan rumah rusak 5 unit dan fasilitas umum 30.

“Menghadapi musim hujan, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi bahaya hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang,” pungkas Muhari.

(fas/fas/detik)