Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi menyampaikan, bengkak biaya proyek KCJB adalah US$ 1,449 miliar atau Rp 22,7 triliun. Data tersebut berdasarkan laporan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) per 15 September 2022.
Nantinya, Bengkak biaya ini akan ditanggung Konsorsium Indonesia, Konsorsium China, serta pinjaman dari China Development Bank (CDB). Namun, Dwiyana mengatakan, ada perbedaan pendapat tentang hitungan cost overrun antara Indonesia dan China.
“Mereka sudah sampaikan hasil perhitungan mereka sekitar US$ 980 juta (Rp 15,19 triliun). Ada perbedaan karena beda cara melakukan review, beda metode dan beda asumsi,” katanya di Gedung DPR RI, Rabu (9/11/2022) kemarin.
Sementara itu, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo memaparkan, rincian pembayarannya antara lain konsorsium Indonesia sebesar Rp 3,2 triliun, dan konsorsium China Rp 2,1 triliun.
Jumlah ini setara dengan porsi ekuitas 25%. Kemudian sisa Rp 16 triliun lebih atau setara 75% akan dicarikan lewat pinjaman ke China Development Bank (CDB).
“Dari (cost overrun) Rp 21 triliun, harapannya 25% dari ekuitas. 75% akan dipenuhi dari pinjaman CDB sebesar Rp 16 triliun,” ujar Didiek dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (9/11/2022).
KAI Harap PMN Segera Cair
Terkait hal ini, Didiek berharap pemerintah bisa mencairkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 3,2 triliun pada Desember 2022. Selain untuk menutupi bengkak biaya, PMN disebut bisa memastikan proyek KCJB akan beroperasi sesuai jadwal.
“Di kesempatan ini kami menyampaikan permohonan dukungan, persetujuan PMN kepada PT KAI sebesar Rp 3,2 triliun, untuk memenuhi porsi 25% ekuitas pihak Indonesia atas cost overrun proyek KCJB,” ungkapnya.
Diketahui, biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) telah mengalami pembengkakan beberapa kali. Menurut catatan detikcom pada 2021 silam, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang kala itu dijabat oleh Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan, biaya awal KCJB dibangun dengan investasi US$ 5,573 miliar. Kemudian nilai proyeknya mengalami pembengkakan menjadi US$ 5,98 miliar, dan bengkak lagi menjadi US$ 6,071 miliar.
Lalu, pada September 2021, biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung disebut-sebut membengkak lagi menjadi US$ 7,97 miliar atau mencapai Rp 113 triliun. Hal itu diungkapkan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KAI Salusra Wijaya dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Rabu (1/9/2021).
Dan akhirnya, pada November 2022 ini, disebutkan biaya melonjak dari semula US$ 6,071 miliar jadi US$ 7,5 miliar, dengan kenaikan sebesar US$ 1,449 miliar atau sekitar Rp 22,7 triliun lebih.
(ara/ara/detik)