Bisnis Bisnis Terpuruk Gegara Boikot, Starbucks Timur Tengah Akan PHK 2.000 Karyawan!

0
Jakarta – Raksasa ritel AlShaya Group, yang memegang lisensi Starbucks di Timur Tengah berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) lebih dari 2.000 karyawan.

Langkah tersebut diambil karena kondisi bisnis terus menurun akibat pemboikotan masyarakat yang menuduh Starbucks pro Israel yang sampai saat ini menyerang Gaza.

Perusahaan telah melakukan PHK pada pekan lalu. Sebanyak 2.000 karyawan atau sekitar 4% dari total tenaga kerja AlShaya yang berjumlah hampir 50.000 orang dan sebagian besar terkonsentrasi di waralaba Starbucks di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Saat dikonfirmasi, pihak AlShaya seraya membenarkan langkah PHK ini sedang di tempuh, walaupun sulit untuk dilakukan.

“Sebagai akibat dari kondisi perdagangan yang terus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang sulit untuk mengurangi jumlah rekan kerja di toko Starbucks kami,” kata AlShaya dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Rabu (6/3/2024).

Sementara Juru Bicara Starbucks mengatakan pihaknya akan membantu rekan-rekannya yang terdampak dan tetap berkomitmen membantu di wilayah operasional tersebut.

“Pikiran kami tertuju pada mitra green apron yang akan terdampak, dan kami ingin berterima kasih atas kontribusi mereka. Starbucks tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan AlShaya untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang di wilayah penting ini,” tambah juru bicara Starbucks.

Didirikan pada tahun 1890 di Kuwait, AlShaya adalah salah satu pewaralaba ritel terbesar di kawasan Timur Tengah yang memiliki hak untuk menjalankan bisnis merek-merek Barat yang populer termasuk The Cheesecake Factory dan Shake Shack.

Perusahaan ini memiliki hak untuk mengoperasikan kedai kopi Starbucks di Timur Tengah sejak tahun 1999. Unit Starbucks menjalankan sekitar 2.000 gerai di 13 negara, di Timur Tengah dan Afrika Utara, serta Asia Tengah.

Selain Starbucks, merek-merek Barat telah terkena dampak kampanye boikot yang sebagian besar terjadi secara spontan atas serangan militer Israel di Jalur Gaza yang dipicu oleh serangan mematikan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober.

Setelah boikot tersebut, Starbucks pada bulan Oktober menyatakan bahwa mereka adalah organisasi non-politik dan menepis rumor yang mereka berikan. Starbucks juga telah mengatakan bahwa perang Israel-Palestina telah merugikan bisnisnya di wilayah tersebut.

(ada/kil/detik)