Diberitakan The Taiger, wanita yang datang ke dokter saraf dengan keluhan penyakit neurodegeneratif ini mulai mengalami halusinasi setelah berinteraksi dengan konten di TikTok dan Reel selama empat bulan. Dia memposting konten setiap hari, menyukai dan berbagi berbagai video. Aktivitas online ini memberinya kebahagiaan yang luar biasa, hingga dia kehilangan kontak dengan kenyataan.
Sekitar lima hari sebelum mengunjungi layanan kesehatan, wanita yang tidak disebutkan namanya itu mulai mendengar suara-suara yang mengarahkannya soal cara membuat video. Dia juga mulai melihat orang-orang yang tidak ada di sana, bahkan melihat seorang pria berpakai hitam mengikutinya.
Halusinasi ini yang membuat keluarganya membawanya ke rumah sakit.
“Ini bukan kasus pertama, pasien lain, seorang wanita lanjut usia, juga dirawat di rumah sakit bulan lalu setelah tersesat di dunia TikTok, tidak bisa membedakan dunia maya dan dunia nyata,” tulis Dr Surat.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Kecerdasan Buatan yang Berpusat pada Manusia di Universitas Stanford menunjukkan bahwa desain umpan media sosial semacam itu dimaksudkan untuk menghubungkan otak dengan merangsang pelepasan dopamin, seperti halnya kecanduan narkoba.
Sebuah teori menyatakan bahwa paparan jangka panjang terhadap platform ini menyebabkan lonjakan dopamin, yang dapat menyebabkan halusinasi. Meskipun pengguna umum tidak mungkin terpengaruh, mereka yang memiliki masalah kesehatan mental dapat dengan mudah menunjukkan gejalanya.
“Teori lain menunjukkan banyaknya konten video aneh dan menakutkan yang dapat menimbulkan pengalaman halusinasi,” lapor Dr Surat.
Algoritma platform ini, yang dirancang untuk memberi pengguna konten serupa dengan apa yang mereka tonton, dapat menciptakan realitas alternatif bagi mereka yang suka menonton konten aneh atau menakutkan. Di sisi lain, individu dengan gangguan kesehatan mental menggunakan platform ini karena mereka mungkin ragu untuk bersosialisasi di dunia nyata.
Dr Surat menyarankan untuk memantau kebiasaan media sosial anak-anak kecil, anggota keluarga lanjut usia, atau siapa saja yang mungkin bingung membedakan media sosial dengan kenyataan atau mulai berhalusinasi setelah melihat konten. Jika ada gejala seperti itu yang terlihat, ia menyarankan untuk berkonsultasi dengan psikiater.
(sao/kna/detik)