Beijing menegaskan bahwa respons tegas menanti jika NATO melakukan langkah ekspansi hingga ke kawasan Asia-Pasifik, yang bisa mengancam kepentingannya.
Seperti dilansir Al Jazeera, Rabu (12/7/2023), peringatan terbaru dari China itu dilontarkan setelah NATO merilis komunike yang isinya menggambarkan Beijing sebagai tantangan utama bagi kepentingan dan keamanan aliansi militer pimpinan Amerika Serikat (AS) tersebut.
Dalam komunike yang menggunakan kata-kata keras, para pemimpin NATO menyebut China menantang kepentingan, keamanan dan nilai yang dimiliki NATO, dengan ‘ambisi yang dinyatakan dan kebijakan koersif’ yang dianut Beijing.
“RRC (Republik Rakyat China-red) mengerahkan berbagai alat politik, ekonomi dan militer untuk meningkatkan jejak globalnya dan memproyeksikan kekuatannya, sementara tetap samar soal strategi, niat dan penggalangan kekuatan militernya,” sebut para pemimpin NATO dalam komunike yang mencakup 90 poin berbeda.
“Operasi hybrid dan siber RRC yang berbahaya, serta retorika konfrontatif dan disinformasinya menargetkan sekutu-sekutu dan membahayakan keamanan aliansi,” cetus komunike itu.
Deklarasi NATO itu juga menyebut China dan Rusia terlibat dalam ‘kemitraan strategis yang semakin dalam’ dan menyebut kedua negara itu terlibat dalam ‘upaya-upaya saling memperkuat untuk melemahkan tatanan internasional berbasis aturan’.
Deklarasi itu menuai kecaman keras dari misi diplomatik China di Uni Eropa, yang balik menuduh NATO mendistorsi posisi China dan secara sengaja mendiskreditkan negaranya.
Dalam responsnya, misi diplomatik China juga menegaskan bahwa Beijing menentang ‘pergerakan NATO ke timur ke kawasan Asia-Pasifik’.
“Setiap tindakan yang membahayakan hak dan kepentingan China yang sah, akan ditanggapi dengan respons tegas,” demikian penegasan misi diplomatik China dalam pernyataannya.
Diketahui bahwa pemimpin-pemimpin negara Asia-Pasifik turut diundang dalam KTT NATO selama dua hari di Lithuania itu. Mereka yang diundang antara lain, Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese, PM Jepang Fumio Kishida, PM Selandia Baru Chris Hipkins dan Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol.
Pada Mei lalu, Kishida menegaskan Jepang tidak berencana untuk bergabung NATO, setelah aliansi militer itu mengungkapkan rencana membuka kantor penghubung di Tokyo — pertama kali di kawasan Asia.
Media pemerintah China, Global Times, secara terpisah melontarkan serangan terhadap NATO dengan menerbitkan editorial yang menuduh aliansi militer itu sebagai ‘kapak, tombak dan sekop Washington’ dan selalu menjadi ‘sumber perang’ di mana pun berada.
“NATO harus segera menarik ‘tangan hitam’ yang diulurkannya ke kawasan Asia-Pasifik, dan bahkan tidak boleh berpikir untuk menyusupkan lembaganya di masa depan,” tegas Global Times dalam editorialnya.
Disebutkan juga oleh editorial Global Times bahwa kebanyakan negara-negara di Asia ‘tidak hanya tidak menyambut NATO tapi juga melihatnya sebagai monster mengerikan yang harus dihindari dengan segala cara’.
(nvc/ita/detik)