China Tangkap 1.000 Warga Tibet Termasuk Puluhan Biksu, Ada Apa?

0
Sichuan – Kepolisian China menangkap lebih dari 1.000 warga Tibet, termasuk puluhan biksu dari dua biara lokal, di Provinsi Sichuan. Penangkapan dilakukan setelah mereka memprotes pembangunan bendungan yang diperkirakan akan menghancurkan enam biara dan memaksa relokasi dua desa setempat.

Seperti dilansir Radio Free Asia (RFA), Senin (26/2/2024), sejumlah sumber di Tibet menuturkan bahwa orang-orang yang ditangkap, baik penduduk setempat maupun para biksu, kini ditahan di berbagai lokasi di distrik Dege, Prefektur Tibet Kardze, karena polisi tidak memiliki satu tempat besar untuk menahan mereka.

Prefektur Tibet Kardze merupakan prefektur otonom Tibet di bagian barat Provinsi Sichuan, China.

Orang-orang yang ditangkap, menurut para sumber, terpaksa membawa perlengkapan tidur sendiri dan juga tsampa — makanan pokok bagi warga Tibet yang bisa digunakan untuk bertahan hidup dalam jangka waktu lama.

“Polisi meminta warga Tibet untuk membawa tsampa dan perlengkapan tidur mereka sendiri, yang menjadi pertanda bahwa mereka tidak akan dibebaskan dalam waktu dekat,” tutur salah satu sumber yang dikutip RFA.

Pada Kamis (22/2) pekan lalu, otoritas China mengerahkan para polisi bersenjata yang terlatih khusus ke desa Wonto Atas di Kardze untuk menangkap lebih dari 100 biksu Tibet dari biara Wonto dan Yena, bersama dengan para penduduk setempat.

Menurut sumber, banyak dari mereka yang dipukuli dan mengalami luka-luka, kemudian dibawa ke Rumah Sakit Distrik Dege untuk menjalani perawatan medis.

Sejumlah video amatir yang dibagikan secara eksklusif kepada RFA menunjukkan para polisi China berseragam hitam secara paksa menangkap para biksu, yang terdengar berteriak untuk menghentikan pembangunan bendungan.

Menyusul berita penangkapan massal itu, banyak warga Tibet yang bekerja di wilayah lainnya kembali ke desa Wonto Atas dan mengunjungi pusat tahanan setempat untuk menyerukan pembebasan kerabat mereka yang ditangkap. Para sumber menyatakan bahwa warga Tibet yang baru pulang itu juga ikut ditangkap.

Belum ada pernyataan resmi dari Rumah Sakit Distrik Dege terkait laporan tersebut. Kedutaan Besar China di Washington DC, Amerika Serikat (AS), belum memberikan tanggapannya atas laporan penangkapan massal tersebut.

Namun mereka merilis pernyataan yang isinya menegaskan Beijing menghormati penegakan hukum. “China melindungi hak dan kepentingan sah setiap warga negara China sesuai dengan hukum,” demikian pernyataan Kedutaan Besar China.

Laporan RFA menyebut bahwa penangkapan massal itu terjadi setelah aksi protes serupa digelar selama berhari-hari oleh warga Tibet sejak 14 Februari lalu, dengan tuntutan penghentian pembangunan pembangkit listrik tenaga air Gangtuo

Pada saat itu, menurut laporan RFA, sedikitnya 300 warga Tibet berkumpul di luar Balai Kota Distrik Dege untuk memprotes pembangunan bendungan Gangtuo, yang merupakan bagian dari kompleks besar pembangkit listrik tenaga air setinggi 13 tingkat di Sungai Drichu dengan total kapasitas 13.920 megawatt.

Proyek bendungan itu terletak di Sungai Drichu yang ada di hulu Sungai Yangtze, salah satu saluran air terpenting di China. Warga Tibet sangat kecewa karena pembangunan itu melibatkan penggusuran dua desa — Wonto Atas dan Shipa — dan enam biara utama di wilayah tersebut.

Sejumlah sumber juga mengonfirmasi bahwa beberapa biksu yang ditangkap dengan kondisi kesehatan buruk telah diperbolehkan pulang ke biara mereka.

(nvc/ita/detik)