Denmark Kirim Peralatan Militer ke Ukraina untuk Hadapi Invasi Rusia

0
latihan militer Rusia di dekat perbatasan Ukraina (Foto: Russian Defense Ministry Press Service via AP)
Jakarta – Pemerintah Denmark menyatakan siap untuk mengirim peralatan militer ke Ukraina, di tengah ancaman invasi Rusia ke negara itu.

Hal ini disampaikan Denmark di saat negara-negara Barat mengintensifkan diplomasi dan mengancam sanksi ekonomi yang keras terhadap Rusia untuk mencegah invasi ke Ukraina.

“Saya siap mengirim peralatan militer ke Ukraina. Kami sudah memberikan saran,” kata Perdana Menteri (PM) Denmark Mette Frederiksen dalam konferensi pers seperti diberitakan kantor berita AFP, Sabtu (1/2/2022).

“Kami tahu ada permintaan saran tentang keamanan siber,” tambahnya, setelah serangan siber besar-besaran yang meretas situs-situs web pemerintah Ukraina awal bulan ini. Pemerintah Ukraina menyalahkan Rusia atas serangan siber tersebut.

Tetapi Frederiksen mengatakan pengerahan pasukan Denmark ke negara bekas Uni Soviet itu “tidak sedang dibahas”.

“Seperti yang lain, kami ingin membantu. Kami sepakat di tingkat internasional untuk menggunakan sanksi jika Rusia menyerang Ukraina,” kata pemimpin Denmark itu.

Pekan lalu, Denmark yang merupakan anggota NATO, berkomitmen untuk memberikan bantuan tahunan kepada Ukraina sekitar 80 juta euro. Hal itu disampaikan ketika Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Dmytro Kuleba mengunjungi Kopenhagen, Denmark.

Dana tersebut merupakan tambahan untuk program dukungan senilai 22 juta euro yang diumumkan pada pertengahan Januari oleh Menlu Denmark tersebut.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut “kemungkinan yang jelas” bahwa Rusia akan mulai menyerang Ukraina pada Februari. Menurutnya, invasi itu akan mengubah dunia.

Sementara itu, pasukan Ukraina bersikeras bahwa jika pasukan Rusia datang, Rusia tidak akan menghadapi kemudahan seperti saat mereka menganeksasi semenanjung Krimea pada tahun 2014.

“Kami lebih siap kali ini,” kata Alyona, seorang tentara yang ditempatkan di Ukraina Timur.

“Saya ragu Rusia akan menyerang. Mereka ingin membuat panik dan menggunakannya sebagai pengaruh,” katanya seperti dikutip BBC.

(ita/ita/detik)