“Perdana menteri… telah ditemani kembali ke rumahnya sendiri di distrik Kafouri dan langkah-langkah keamanan telah dilakukan di sekeliling rumahnya,” kata sumber itu yang meminta anonimitas kepada AFP, Rabu (27/10/2021).
Pemimpin kudeta dan panglima militer Abdel Fattah al-Burhan sebelumnya pada hari Selasa mengatakan bahwa Hamdok “di rumah saya … (dan) dalam keadaan sehat,”.
Hamdok “di bawah pengawasan ketat”, kata kantor PM tersebut. Mereka menambahkan bahwa “beberapa menteri dan pemimpin politik tetap ditahan di lokasi yang tidak diketahui,” setelah militer menangkap hampir semua kepala sipil di Sudan dan membubarkan lembaganya pada Senin kemarin.
Sebelumnya, pasukan militer Sudan melakukan penangkapan para pejabat senior yang menjadi anggota sipil dewan penguasa Sudan dan menteri-menteri di pemerintahan transisi. Perdana Menteri (PM) Sudan Abdalla Hamdok ikut ditahan dalam apa yang disebut para aktivis sebagai “kudeta” tersebut.
Dilansir dari kantor berita AFP, Senin (25/10), penahanan tersebut terjadi ketika ketegangan memuncak antara militer dan tokoh sipil yang berbagi kekuasaan sejak Agustus 2019 setelah penggulingan Presiden Omar Al-Bashir beberapa bulan sebelumnya.
Kementerian Informasi Sudan mengatakan bahwa layanan internet di seluruh negeri terputus dan jalan utama serta jembatan yang menghubungkan dengan ibu kota Khartoum ditutup.
“Anggota sipil dari dewan kedaulatan transisi dan sejumlah menteri dari pemerintah transisi telah ditahan oleh pasukan militer gabungan,” kata Kementerian Informasi Sudan dalam sebuah pernyataan di Facebook.
“Mereka telah dibawa ke lokasi yang tidak diketahui,” imbuh kementerian.