Dilema Sekolah di Jerman, Kini Kekurangan Puluhan Ribu Guru

0
sebuah tulisan terpasang dipagar sebuah sekolah Wegen lehrermangel gesschlossen artinya ditutup karena kekurangan guru.
Jakarta – “Kami terus-menerus kekurangan staf. Tidak ada lagi guru pengganti di pasar kerja,” kata Rebecca, yang menolak nama aslinya disebut. “Manajemen sekolah tidak bisa menemukan staf untuk lowongan yang ada, dan rekan kerja sering kali cuti sakit selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan karena beban kerja yang membuat mereka kelelahan.”

Alhasil, banyak mata pelajaran yang harus ditangguhkan. Karena kekurangan tenaga pengajar, ada sekolah yang memperkenalkan empat hari sekolah dalam seminggu. Diperkirakan, Jerman kekurangan puluhan ribu guru, tapi tidak ada yang tahu pasti jumlahnya.

Masalahnya, di Jerman pendidikan adalah tanggung jawab negara bagian, bukan tanggung jawab pemerintahan federal di Berlin. Peraturan di negara bagian berbeda-beda, sehingga sulit membuat perhitungan secara nasional.

Contohnya: Di negara bagian Niedersachsen seorang guru penuh waktu di tingkat sekolah menengah wajib mengajar 23,5 jam per minggu. Sedangkan di negara bagian Schleswig-Holstein, 25 jam. Di tingkat sekolah dasar, jam kerja guru lebih panjang lagi karena persiapan dan tindak lanjut pembelajaran lebih kompleks.
Perhitungan dan angka statistik yang berbeda-beda

Konferensi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang merupakan badan koordinasi para menteri pendidikan negara bagian, memperkirakan saat ini ada sekitar 14.000 posisi lowongan guru yang belum terisi. Mulai tahun 2025 dan seterusnya, diperkirakan angka itu akan bertambah menjadi 21.000 guru, dan jumlah tersebut akan tetap sama hingga tahun 2035.

Tetapi para ilmuwan pendidikan dan Serikat Guru Jerman (GEW) menganggap perkiraan kekurangan guru itu terlalu optimis.

“Kesenjangan antara permintaan guru dan pasokan guru akan meningkat hingga mencapai 56.000 sampai tahun 2035,” kata Anja Bensinger-Stolze dari GEW kepada DW.

Menurut Kantor Statistik Jerman, tahun 2023 ada 830,600 siswa kelas satu sekolah dasar yang terdaftar di sekolah-sekolah. Dalam sepuluh tahun ke depan, jumlah anak dan remaja yang bersekolah diperkirakan akan meningkat dari sebelas menjadi dua belas juta. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh tingginya angka kelahiran dan meningkatnya imigrasi ke Jerman.

GEW memperkirakan, jumlah posisi guru yang tidak terisi di sekolah-sekolah Jerman bisa bertambah hingga setengah juta pada tahun 2035.
Murid makin banyak, jumlah guru kian sedikit

Karena ada kekosongan, sekolah-sekolah sekarang makin banyak merekrut guru dari bidang profesi lain tanpa pendidikan keguruan, atau mahasiswa keguruan yang belum menyelesaikan pendidikan. Pada saat yang sama, jumlah mahasiswa yang mengambil jurusan keguruan menurun karena alasan demografis, dan karena profesi guru semakin tidak atraktif.

Untuk mengatasi kekosongan guru, Konferensi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ingin meningkatkan jam kerja guru dan beban kerjanya. Selain itu, usia pensiun diusulkan meningkat dan pekerjaan paruh waktu dihilangkan.

Saat ini, sekitar 40 persen guru justru cenderung mengurangi jam kerja dan jam mengajar mereka. Guru Rebecca mengatakan, sekalipun jam mengajarnya hanya 23,5 jam per minggu, dia malah harus bekerja lebih banyak. “Pelajaran, persiapan dan tindak lanjut, koreksi tugas kelas dan ujian – memberi saya lebih dari 40 jam seminggu,” katanya.

Serikat pekerja guru GEW telah menyampaikan 15 poin rencana untuk menjadikan profesi guru lebih menarik. Antara lain dengan mengurangi jam kerja, memperkecil jumlah murid dalam satu kelas, memberikan gaji yang lebih tinggi dan memberikan perlindungan kesehatan yang lebih baik.

Secara keseluruhan, GEW hanya punya sedikit harapan bahwa situasi di sekolah-sekolah dapat berubah dalam jangka pendek. Mereka yang bertanggung jawab dalam politik terlalu lama menganggap enteng situasi ini, kata GEW.

(hp/as/detik)