Jakarta – Tentara Zionis Israel menembaki warga Jalur Gaza yang sedang menyambut bantuan makanan. 112 Orang tewas akibat peristiwa berdarah itu. Dunia mengecam Israel.
Dilansir BBC, Jumat (1/3/2024), insiden penembakan terjadi pada Kamis (29/02) sesaat setelah pukul 04:00 waktu setempat (02:00 GMT), tak jauh dari pos pemeriksaan militer Israel di Jalan Rashid, yang membentang di sepanjang pantai Mediterania.
Sumber-sumber Palestina menyebutkan lokasi penembakan berada di Bundaran Nabulsi, di tepi barat daya Kota Gaza.
Insiden bermula ketika iring-iringan kendaraan yang mencakup 18 hingga 30 truk bantuan sepanjang beberapa ratus meter, melewati pos pemeriksaan militer Israel menuju arah utara.
Tak lama kemudian, ketika truk terakhir hanya berjarak sekitar 70 meter sebelah utara pos pemeriksaan, kerumunan warga Palestina yang sebagian besar berkemah di dekat lokasi menunggu kedatangan bantuan, berjalan menghampiri konvoi tersebut.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Letnan Kolonel Peter Lerner, mengatakan beberapa warga sipil mendekati pos pemeriksaan dan mengabaikan tembakan peringatan yang dilepaskan tentara di sana.
Letkol Lerner mengatakan pasukan khawatir bahwa beberapa warga sipil dapat menimbulkan ancaman sehingga sejumlah tentara mulai menembaki warga yang mendekat. Letkol Lerner menyebutnya sebagai “respons terbatas”.
Sejumlah warga Palestina mengatakan tentara Israel tidak melepaskan tembakan peringatan dan malah langsung menembaki warga.
Sumber-sumber BBC dari Palestina mengatakan para warga berada sekitar 70 meter dari pos itu. Saat kerumunan massa menghampiri truk, dan tembakan senapan mesin dilepaskan dari pos pemeriksaan, kepanikan pun terjadi.
Truk-truk itu – beberapa di antaranya ditumpangi banyak orang – mencoba bergerak maju. Saksi-saksi Palestina mengatakan banyak korban ditabrak oleh truk.
Kecaman dunia
Dunia mengecam tindakan tentara Israel (IDF) terhadap warga Gaza, Palestina, itu. Duta Besar (Dubes) Palestina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Riyad Mansour, meminta Dewan Keamanan (DK) PBB untuk mengutuk pembunuhan itu.
“Pembantaian keterlaluan ini merupakan bukti atas fakta bahwa selama Dewan Keamanan dilumpuhkan dan diveto, maka hal ini akan mengorbankan nyawa rakyat Palestina,” kata Riyad Mansour kepada wartawan, dilansir Al Arabiya.
Sebagai salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara, Amerika Serikat – sekutu terbesar Israel – memiliki hak veto yang telah digunakan sebanyak tiga kali sejauh ini untuk melarang badan tersebut menyerukan gencatan senjata segera di wilayah Palestina.
Mansour mengatakan dia telah bertemu dengan Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield usai pembantaian di Gaza tersebut.
“Saya meminta padanya agar Dewan Keamanan harus mengeluarkan produk yang mengutuk pembunuhan ini dan mengejar mereka yang bertanggung jawab atas pembantaian ini,” katanya.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antnio Guterres, Stephane Dujarric, mengatakan Guterres “mengutuk” insiden tersebut.
“Warga sipil yang putus asa di Gaza membutuhkan bantuan segera, termasuk mereka yang berada di wilayah utara yang terkepung. Di sana, PBB belum dapat memberikan bantuan selama lebih dari seminggu,” kata Stephane Dujarric, dilansir BBC, seraya menambahkan bahwa Guterres mengulangi seruannya untuk “pertolongan kemanusiaan segera, gencatan senjata, dan pembebasan semua sandera tanpa syarat”.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengutuk keras dan menyampaikan kemarahan mendalam atas pembunuhan ratusan warga Palestina selama pengiriman bantuan di Jalur Gaza utara itu.
“Kemarahan mendalam atas gambar-gambar yang datang dari Gaza di mana warga sipil menjadi sasaran tentara Israel,” tulis Macron di platform media sosial X, seperti dikutip dari kantor berita AFP.
“Saya menyampaikan kecaman paling keras atas penembakan ini dan menyerukan kebenaran, keadilan, dan penghormatan terhadap hukum internasional,” imbuhnya.
Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan “penembakan yang dilakukan tentara Israel terhadap warga sipil yang mencoba mengakses makanan tersebut tidak dapat dibenarkan”.
“Peristiwa tragis ini terjadi ketika jumlah warga sipil Palestina yang semakin meningkat dan tak tertahankan menderita kelaparan dan penyakit,” imbuh kementerian seraya mengatakan Israel harus mematuhi hukum internasional dan melindungi pengiriman bantuan kepada warga sipil.
Dari negara Amerika Latin, Presiden Kolombia Guztavo Petro menangguhkan pembelian senjata buatan Israel setelah ada peristiwa berdarah yang menewaskan 112 orang di Jalur Gaza itu. Guztavo Petro menilai Israel sudah melakukan genosida.
“Meminta makanan, lebih dari 100 warga Palestina dibunuh oleh Netanyahu. Ini disebut sebagai genosida dan mengingatkan pada Holocaust,” ucap Petro dalam pernyataan via media sosial X, dilansir X.
“Dunia harus memblokir Netanyahu. Kolombia menangguhkan semua pembelian senjata dari Israel,” tegasnya.
Kata Joe Biden
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan peristiwa berdarah itu bisa membatalkan gencatan senjata yang diharapkan dilakukan pada Senin pekan depan, menyambut Ramadan. Namun Biden berkomentar kurang jelas mengenai peristiwa penembakan yang menewaskan 112 orang itu.
“Kami sedang memeriksanya sekarang. Ada dua versi yang bersaing mengenai apa yang terjadi, saya belum punya jawabannya,” kata Biden sambil menuju helikopternya, di Gedung Putih, dilansir AFP, Jumat (1/3/2024).
(dnu/detik)