Ebrahim Raisi Terpilih Jadi Presiden Baru Iran, Gantikan Rouhaini

0

Teheran -Ulama ultrakonservatif Iran, Ebrahim Raisi, dilaporkan memenangkan pemilihan presiden (pilpres) yang digelar Jumat (18/6) waktu setempat. Ucapan selamat mengalir untuk Raisi, termasuk dari Presiden Iran terkini, Hassan Rouhani, bahkan sebelum pengumuman resmi disampaikan otoritas setempat.

Seperti dilansir AFP, Sabtu (19/6/2021), Rouhani yang beraliran moderat ini menyebut penggantinya telah terpilih dalam pilpres pada Jumat (18/6) waktu setempat, tanpa secara langsung menyebut nama pemenang pilpres. Namun para tokoh dan politikus Iran lainnya terang-terangan menyelamati Raisi.

“Saya mengucapkan selamat kepada rakyat atas pilihan mereka,” ucap Rouhani dalam pernyataannya pada Sabtu (19/6) waktu setempat.

“Ucapan selamat resmi dari saya akan disampaikan kemudian, tapi kita tahun siapa yang mendapatkan suara yang cukup dalam pemilu ini dan siapa yang dipilih oleh rakyat,” imbuhnya.

Sebelumnya diprediksi bahwa Raisi yang kini menjabat kepala otoritas kehakiman Iran akan memenangkan pilpres ini. Raisi yang dikenal sebagai politikus garis keras ini sempat kalah dalam pemilu 2017 lalu. Sosoknya dikenal dekat dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Dalam pernyataan terpisah, dua capres ultrakonservatif lainnya, Mohsen Rezai dan Amirhossein Ghazizadeh-Hashemi, secara terang-terangan mengucapkan selamat kepada Raisi, sebelum pengumuman resmi disampaikan.

“Saya mengucapkan selamat … Raisi, dipilih oleh bangsa,” ucap Ghazizadeh-Hashemi seperti dikutip media-media Iran.

Rezai menyampaikan ucapan selamatnya via Twitter dan mengharapkan agar Raisi bisa membangun ‘pemerintahan yang kuat dan populer untuk menyelesaikan masalah negara’.

Satu-satunya capres beraliran reformis dalam pilpres tahun ini, Abdolnasser Hemmati, yang mantan Gubernur Bank Sentral Iran, juga mengucapkan selamat kepada Raisi via Twitter.

Pelaksanaan pilpres Iran diwarnai oleh aksi boikot banyak pemilih yang kecewa dengan para capres. Diketahui bahwa Dewan Wali, sebuah badan pemeriksa konstitusional yang beranggotakan 12 orang di bawah Khamenei, melarang ratusan kandidat termasuk kalangan reformis dan mereka yang sealiran dengan Rouhani untuk mencalonkan diri dalam pilpres ini.

Rouhani sendiri tidak dapat mencalonkan diri lagi setelah menjalani dua periode masa jabatan empat tahun berturut-turut.

Sementara itu, pemerintahan baru Iran nantinya harus menghadapi krisis ekonomi yang diperburuk oleh pandemi virus Corona (COVID-19), menyerukan reformasi konstitusional dan menjawab pertanyaan yang bermunculan soal rencana suksesi Khamenei. Iran juga tengah terlibat perundingan dengan Amerika Serikat (AS) untuk membangkitkan kembali kesepakatan nuklir tahun 2015.

(nvc/idh/detik)