Fakta Miris Diungkap BNN soal Anak-anak Pemakai Narkoba

0
BNN mengungkap 15 kilogram sabu dan 10 ribu butir ekstasi asal Malaysia. (Foto: Ari Saputra/detik)
Jakarta – Badan Narkotika Nasional (BNN) menyoroti fenomena penyalahgunaan narkoba di kalangan masyarakat. Narkoba saat ini bahkan telah merambah kepada anak-anak.

Baru-baru ini, BNN membongkar 15 kilogram sabu dan 10 ribu butir ekstasi asal Malaysia. Tiga orang ditangkap dalam kasus tersebut.

“Kita berhasil menangkap barang bukti sebesar, barang bukti sabu sebesar 15.001,6 gram atau kurang lebih 15 kilogram sabu dan barang bukti lainnya ekstasi sebanyak 10.345 butir,” kata Kepala BNN Komjen Marthinus Hukom di kantor BNN RI, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (20/9).

Marthinus mengatakan narkoba tersebut rencananya diedarkan di wilayah Palembang, Sumatera Selatan, dan Medan, Sumatera Utara. Tiga tersangka, yakni AL, LAH, dan FH, ditangkap di Aceh.

Maraknya peredaran narkoba ini tidak terlepas dari masih banyaknya permintaan pasar. Marthinus Hukom mengatakan penyalahgunaan narkoba saat ini tidak hanya di kalangan atas (high class). Penyalahgunaan narkotika kini lebih memprihatinkan karena menyasar kalangan masyarakat bawah, bahkan anak-anak.

“Kita melihat hari ini, narkoba tidak hanya digunakan oleh para pemilik uang. Dulu, ketika 10 tahun yang lalu, mungkin 20 tahun yang lalu, pengguna narkoba itu high class, orang-orang yang punya ekonomi yang kuat, orang-orang pesohor-pesohor, atau anak seorang businessman, atau anak seorang pejabat,” kata Marthinus dalam jumpa pers di kantornya, Jumat (20/9).

Marthinus mengungkapkan permintaan pasar peredaran gelap narkoba di Indonesia masih sangat tinggi. Merujuk data, angka prevalensi pengguna narkoba di Indonesia pada 2019 mencapai 3,7 juta penduduk.

“Melihat juga bahwa survei prevalensi kita itu kan tahun 2019 (sebesar) 3,7 juta. Artinya marketnya itu masih besar,” kata Marthinus.

Narkoba Merambah ke Anak-anak

Marthinus mengungkapkan peredaran narkotika saat ini juga tidak hanya di kalangan atas. Tetapi sudah merambah ke perkampungan bahkan menyasar anak-anak.

“Tapi hari ini, narkoba itu sudah menjalar sampai ke kampung-kampung, nelayan, pekerja perkebunan, pekerja tambang, anak-anak. Dan para pebisnis haram narkoba ini, dia memahami bagaimana upaya membangun kerajaan bisnisnya lewat jejaring-jejaring sosial, lewat struktur-struktur sosial yang ada di masyarakat,” tambahnya.

Mantan Kadensus 88 Antiteror Polri ini mengatakan narkoba memberikan dampak buruk kepada masyarakat. Banyak penyakit sosial hingga kriminalitas yang ditimbulkan karena penyalahgunaan narkoba.

Marthinus mencontohkan kasus pembunuhan penjual gorengan, Nia, di Padang, Sumatera Barat. Kata dia, pelaku adalah buron narkoba.

“Kalau Bapak-Ibu baca, melihat media hari ini, kasus pembunuhan seorang pedagang gorengan di Padang, siapa namanya, kalau tidak salah Nia ya, pelakunya adalah buron narkoba 6 tahun. Dan ketika ditangkap, dia kedapatan ada alat pengisap narkoba di tempat dia ditangkap,” katanya.

“Artinya, narkoba hari ini juga berdampak pada kejahatan, kekerasan-kekerasan seksual. Kalau kita tidak mendekatinya secara komprehensif, ya kita siap-siap kita berhadapan dengan kejahatan-kejahatan jalanan yang semakin masif,” tambahnya.

Narkoba di Warnet-warnet

Fenomena penyalahgunaan narkotika di kalangan anak-anak ini telah masuk di beberapa tempat. Narkoba menyusup ke warnet-warnet.

“Karena penggunaan narkoba hari ini juga masuk ke anak-anak. Seperti yang kita temukan di Medan, wartel-wartel di Medan kalau kita razia, pemain wartel itu rata-rata semua pengguna narkoba. Ini fenomena kejahatan yang menghancurkan moral,” kata dia.

Merambah ke Perkampungan

Marthinus mengatakan peredaran narkoba juga kini digunakan sebagai mata pencaharian. Ia mencontohkan satu perkampungan di Kalimantan Tengah menggantungkan perekonomiannya dari sindikat narkoba.

“Beberapa hari yang lalu, saya baru balik dari Kalimantan Tengah, ada satu desa. Di tengah-tengah kemiskinan masyarakat kampung itu, ada satu sindikat yang bergerak dan karena ketidaktahuan masyarakat, karena problem-problem ekonomi, masyarakat tergantung kepada mereka. Nah, kita harus berusaha untuk memisahkan kekuatan mereka yang ada di masyarakat,” tuturnya.

Oleh karena itu, lanjut Marthinus, diperlukan adanya peran serta elemen masyarakat dalam upaya pemberantasan narkoba ini. BNN mendorong tokoh ulama sebagai upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan masyarakat.

“Maka oleh karena itu, BNN, Polri, Bea-Cukai, TNI, siapa pun harus melibatkan diri di dalam penanganan narkoba ini. Dan yang kedua adalah tugas alim ulama juga, supaya narkoba atau ancaman narkoba yang bersifat spektrum yang sangat luas ini bisa kita dekati dengan pendekatan-pendekatan komprehensif secara bersama-sama,” imbuhnya.

BNN menyatakan perang terhadap narkoba. BNN juga berkomitmen untuk bersih-bersih narkoba mulai dari dalam. Marthinus menegaskan akan menindak tegas anggotanya yang terbukti menyalahgunakan narkoba.

“Saya minta dukungan dan saya mulai dari diri saya sendiri, institusi, kita keluar kita membersihkan ke dalam dulu, siapapun anggota kita yang terlibat kita beresin. Karena sudah sangat luar biasa. Nah, kembali lagi, kita akan berusaha untuk dengan strategi bandar yang memecah, apa namanya, suplainya itu menjadi kecil-kecil tapi masif, kita juga akan melakukan penangkapan secara masif,” katanya.

Di sisi lain, BNN akan melakukan tindakan represif terhadap pelaku narkoba. BNN akan menggelar operasi intelijen untuk mengejar para bandar narkoba.

“Kita akan menggelar operasi intelijen sepanjang tahun untuk mengejar mereka. Siapapun mereka, apapun modus operandinya, apapun caranya, keterlibatan oknum-oknum, kita akan lakukan tindakan tegas,” tuturnya.

(mea/detik)