Jepang juga dipusingkan dengan minimnya lahan untuk mengubur bangkai ayam. Melansir dari Bloomberg, Jumat (7/4/2023), tercatat 17 juta burung telah dimusnahkan secara nasional di musim ini.
Sayangnya pemerintah dan peternak menyebut lahan untuk mengubur bangkai terbatas. Penanganan terhadap bangkai ayam harus dilakukan dengan benar demi mencegah penyebaran virus atau mencemari air.
Wabah flu burung mengguncang pasokan daging dan telur global saat kekhawatiran inflasi meningkat. Wabah di Jepang telah memaksa perusahaan termasuk McDonald’s dan 7-Eleven, menangguhkan penjualan barang-barang yang berhubungan dengan telur, atau menaikkan harganya.
Melansir keterangan Rabobank yang dikutip dari CNN, harga telur di Jepang menyentuh level tertinggi dalam 10 tahun. Bulan lalu harga telur di Jepang mencapai 235 yen, atau US$ 1,8, atau Rp 27.000 (kurs Rp 15.000/US$ 1) per kilogram.
Secara global Rabobank melaporkan harga telur global mencapai level tertinggi dalam sejarah di kuartal pertama 2023. Ini disebabkan dampak flu burung di berbagai negara, serta naiknya biaya pakan ayam.
Antara pertengahan 2020 dan 2022, harga pakan global naik dua kali lipat akibat konflik Rusia-Ukraina.
“Sekarang, harga secara global 2,5 kali lebih tinggi dari tahun acuan 2007, dan telah meningkat lebih dari 100% sejak saat ini tahun lalu,” tulis Nan-Dirk Mulder, analis protein hewani senior Rabobank.
Situasi tersebut telah mendorong beberapa orang di seluruh dunia untuk membeli ayam mereka sendiri untuk mengamankan persediaan bahan pokok.
Peternak dan pihak berwenang di Jepang biasanya mengembangkan rencana pra-insiden untuk mengelola limbah yang dihasilkan selama wabah flu burung, termasuk bangkai, kotoran ternak dan alat pelindung diri.
Namun jumlah ayam yang akan dikubur meningkat lebih dari yang diperkirakan. Beberapa daerah membakar ayam mati jika mereka bisa mendapatkan fasilitas pembakaran.
Kasus Jepang menyoroti perlunya negara-negara untuk meninjau kembali penanganan terhadap flu burung. Wabah flu burung telah terjadi di berbagai dunia, termasuk Eropa, Amerika Serikat, dan Asia.
Wabah mematikan ini telah menyebar lebih jauh ke Amerika Selatan dalam beberapa bulan terakhir, dengan Argentina, Uruguay, dan Bolivia melaporkan kasus pertama mereka.
(dna/detik)