Gaji Pekerja Baru di China Menurun, Terburuk Sejak 2016

0
Jakarta – Angka rata-rata gaji karyawan baru di 38 kota besar di China dikabarkan menurun pada Kuartal IV-2023. Jumlahnya turun 1,3 persen dari kuartal yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini diduga terjadi karena perusahaan di berbagai sektor perekonomian melakukan pemotongan gaji imbas tekanan ekonomi.

Fenomena penurunan upah tersebut disebut sebagai yang terbesar dalam sejarah. Dilansir dari South China Morning Post, fenomena itu adalah dampak dari tekanan deflasi dan melesunya kepercayaan konsumen di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut. Tingkat upah menurun 1,3 persen menjadi US$ 1.485 atau Rp 23 juta pada Kuartal-IV 2023.

Menurut data platform rekrutmen online, Zhaopin, fenomena penurunan gaji adalah yang terburuk sejak 2016, yang menjadi kali pertama data upah China tersedia. Menurunnya angka upah juga terjadi selama tiga kuartal berturut-turut yakni sejak Kuartal II-2023. Di Beijing, ibu kota China, penurunan upah mencapai angka 2,7 persen dari tahun lalu dalam kontraksi kuartal keempat beruntun. Sementara di Guangzhou, China Selatan, penurunan gaji bahkan mencapai 4,5 persen.

Data tersebut menyoroti meningkatnya risiko deflasi China pada 2024 yang notabene bakal prospek pertumbuhan ekonominya. Suramnya pasar kerja berarti penduduk dapat mengurangi pengeluaran, hal ini bisa menambah tekanan pada harga konsumen yang sudah menurun tajam selama tiga tahun terakhir.

Bagi pasar properti, penurunan upah adalah pertanda buruk. Karena pendapatan tidak menentu, masyarakat bisa menunda pembelian rumah dan menghindari mengambil kredit pembelian rumah yang notabene adalah alat untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

Fenomena penurunan gaji disinyalir terjadi bukan karena alasan. Tahun lalu, berbagai sektor termasuk teknologi, keuangan, bahkan pemerintah daerah memutuskan memotong gaji karyawannya imbas tindakan keras regulasi serta tekanan keuangan publik.

Selain itu, berbagai perusahaan swasta disebut berada dalam tekanan akibat lemahnya permintaan domestik dan luar negeri terhadap berbagai produk mereka. Entry-level salaries atau gaji pekerja baru bahkan menurun di sektor-sektor ekonomi baru, diantaranya seperti kendaraan listrik, baterai, serta tenaga surya dan angin.

Berdasarkan hasil data survei yang dilakukan Caixin Insight Group, rata-rata gaji turun 2,3 persen menjadi 13.758 yuan pada Desember dari tahun sebelumnya. Data itu bahkan menunjukkan setidaknya satu dari lima anak muda di China tidak bisa mendapat pekerjaan pada Juni 2023. Namun statistik itu kini dihilangkan oleh otoritas setempat.

Yang bikin heran, mayoritas pekerja berpengalaman di China ternyata tidak protes terhadap situasi gaji yang rendah namun jam kerja yang tinggi. Hal ini diduga terjadi karena pekerja khawatir akan prospek pekerjaan mereka.

Kendati demikian, Pemerintah China mengatakan pihaknya kini sedang mengatasi kompleksnya data pengangguran. Menurut indeks kepercayaan konsumen yang disusun Biro Statistik Nasional, sentimen juga berada di titik terendah pada November 2023.

Indeks itu memperhitungkan penilaian masyarakat terhadap pendapatan, pekerjaan, dan kemauan berbelanja. Data Biro Statistik Nasional menunjukkan kepercayaan diri konsumen belum membaik dan masih sama ketika China menetapkan kebijakan lockdown alias kuncitara di masa pandemi Covid-19.
(rrd/rir/detik)