Seperti dilansir AFP, Senin (22/7/2024), Saudi merupakan pemain asing utama dalam perang sipil yang berkecamuk di Yaman selama hampir satu dekade terakhir.
Seruan agar semua pihak menahan diri itu disampaikan Riyadh setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap kota pelabuhan Hodeida yang dikuasai Houthi di Yaman. Gempuran itu dilancarkan Tel Aviv untuk membalas serangan drone Houthi yang menghantam apartemen di Tel Aviv dan menewaskan satu warganya.
Kementerian Luar Negeri Saudi, dalam seruannya pada Minggu (21/7), menyebut serangan Israel terhadap Hodeida telah “memperburuk ketegangan yang ada saat ini di kawasan tersebut, dan menghentikan upaya-upaya yang sedang berlangsung untuk mengakhiri perang di Gaza”.
“Menyerukan semua pihak untuk menahan diri secara maksimal dan menjauhkan kawasan tersebut dan rakyatnya dari bahaya perang,” tegas Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataannya.
Saudi memobilisasi koalisi militer internasional melawan kelompok Houthi di Yaman sejak tahun 2015, meskipun gencatan senjata sebagian besar telah diberlakukan selama dua tahun terakhir.
Upaya-upaya Riyadh untuk menengahi perjanjian damai di Yaman terhenti setelah kelompok Houthi, yang didukung Iran, melancarkan rentetan serangan terhadap kapal-kapal yang diklaim terkait Israel di perairan Laut Merah dan sekitarnya.
Sementara itu, Saudi telah melakukan serangkaian tindakan penyeimbang yang rumit ketika eksportir minyak terbesar dunia itu berusaha melepaskan diri dari perang yang terjadi di dekat wilayahnya.
Kementerian Luar Negeri Saudi, dalam pernyataan pada Minggu (21/7) waktu setempat, menegaskan “dukungan berkelanjutan kerajaan tersebut terhadap upaya perdamaian di Yaman untuk menghindarkan rakyatnya dari penderitaan yang lebih besar”.
(nvc/ita/detik)