Palembang, rakyatpembaruan.com–
Meski kilang di Pertamina Refinery Unit (RU) Wilayah Plaju sudah berusia lebih dari 100 tahun, namun tetap prima dan handal hingga saat ini. Diketahui, kilang Plaju berdiri sejak 1904 dan kilang Sungai Gerong berdiri pada 1926 dan sampai saat ini kilang ini kokoh berdiri dan tetap beroperasi secara normal serta masih mampu memproduksi produk-produk energi terbaik untuk negeri.
“Kilang kita memang cukup tua, ada sejak 1904 dan 1926, perlu penanganan serta pemeliharaan yang spesifik. Namun tuntutan kedepan kita harus masih bisa bersaing dengan kilang-kilang yang ada dan ini tantangan tersendiri bagi RU Wilayah Plaju,” ujar Moh. Hasan Efendi, General Manager Pertamina RU Wilayah Plaju disela Kuliah Merdeka Pertamina RU Wilayah Plaju dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya (BEM KM FT Unsri) pada Senin, (24/5/2021).
Untuk itu, pihaknya sekarang fokus bagaimana cara memanajemen kilang dengan cara-cara yang lebih dari biasanya. Ia mengakui, peran sumber daya alam dan human capital yang ada sangat penting bagi operasional di kilang tersebut.
“Sehingga kita bisa buktikan kilang ini dapat bersaing. Apalagi kita sudah mampu memproduksi hampir semua produk energi. Mulai dari LPG (liquified petroleum gas, red.), bahan bakar minyak, petrokimia, dan sebagainya,” jelas Hasan.
Hasan menjelaskan, dengan kondisi kilang yang sangat tua ini pihaknya kedepan akan melakukan upgrading kilang, memperbaiki kilang agar dapat optimal memproduksi beragam produk energi. Mulai dari teknologi yang digunakan akan di upgrade.
Kemudian, proyek Green Refinery yang merupakan proyek pertama dan baru dengan menggunakan energi nabati yang saat ini mulai berjalan. Proyek ini adalah proyek yang digunakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Ditargetkan Kilang Green Refinery ini bisa beroperasi pada 2024 mendatang.
“Proyek ini saat ini sedang dalam tahap pengerjaan, diharapkan 2024 sudah bisa beroperasi dan bisa menambah produksi diesel maupun avtur sehingga dapat memenuhi kebutuhan di Indonesia,” ungkap dia.
Dijelaskannya, dalam proyek ini ada sekitar 30 hektar di lahan yang disiapkan Pertamina RU Wilayah Plaju di Sungai Gerong. Izin amdal sudah dalam proses.
“Sekarang kita sedang siapkan land clearing. Tahun ini diyakini bisa selesai. Sehingga basic engineering drawing bisa dilakukan. Pertengahan 2024 kita yakin kilang baru ini bisa beroperasi,” jelasnya.
Pada proyek Green Refinery ini, kata Hasan, akan ada beragam produk green fuel yang dihasilkan, seperti Green Diesel, Green Avtur, Green Naphtha, dan Green LPG. Ini merupakan satu-satunya kilang yang mengolah bahan bakar nabati yang ada di Indonesia.
Ia menambahkan, akan ada juga proyek Open Access. Kesulitan pihaknya selama ini adalah akses bahan baku dari kilang Pertamina RU Wilayah Plaju yang selama ini menggunakan akses atau jalur Sungai Musi. Sementara akses sungai setiap tahun selalu mengalami pendangkalan.
“Kita akan coba buat kajian proyek, kita akan buat pipanisasi dari Tanjung Api-Api langsung masuk ke kita, sehingga bongkar muatnya ada di Tanjung Api-Api atau pelabuhan Samudera,” kata Hasan.
Untuk Open Access ini, jelasnya, saat ini sedang dalam proses Amdal, namun untuk studi dari kontraktor yang mengerjakan sudah selesai.
“Jaraknya 90 Kilometer, ada banyak jarak yang akan dilalui. Nantinya Open Access ini akan melintasi Tanjung Api-Api dan masuk melalui Sungai Gerong. Kita sedang dalam upaya menyelesaikan izin di Kementerian dan Provinsi,” papar Hasan.
Bahkan pihaknya meyakinkan bahwa selama pandemi ini pun tidak berpengaruh banyak terhadap produksi di kilang Pertamina RU Wilayah Plaju.
“Alhamdulillah operasional tetap berjalan 100 persen, produksi juga tetap prima dan maksimal. Namun dalam operasional, utamanya di kilang, protokol kesehatan Covid-19 tetap diutamakan dan diperketat,” jelasnya.
Sementara itu, Kuliah Merdeka bertema masa depan kilang minyak Indonesia dalam mewujudkan kemandirian energi nasional yang digelar melalui webinar itu diikuti lebih dari 700 peserta yang mengikuti secara online, baik dari mahasiswa maupun umum di seluruh Indonesia.
Selain General Manager Pertamina RU Wilayah Plaju, juga ada paparan dari Prof. Dr. Ir. Eddy Ibrahim, MS. Ph.D selaku Guru Besar Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, dan juga Imam Nurhadi selaku Section Head CD&L Production Pertamina RU Wilayah Plaju dan sebagai alumni Universitas Sriwijaya yang sukses berkarir di Pertamina RU Wilayah Plaju.
Imam menjelaskan, tantangan dari kilang tua yang dimiliki oleh Pertamina RU Wilayah Plaju memang cukup besar, namun sampai saat ini pihaknya bersyukur produksi beragam produk dari kilang tetap handal dan maksimal.
“Kilang kita ini ibaratnya tua tua keladi. Walau sudah tua namun teknologi dan mesin yang ada tetap mumpuni. Dan kita juga secara bertahap terus melakukan update terhadap teknologi yang kita gunakan di kilang Pertamina RU Wilayah Plaju ini,” ungkap Imam.
Ditambahkan Eddy Ibrahim, potensi minyak dan gas di Indonesia sangat besar. Bahan bakar dari fosil bisa dimanfaatkan dengan maksimal, namun tentunya ini akan terus menipis ketersediaannya. Untuk itu, perlu adanya energi terbarukan.
“Bagaimana caranya kita dapat menggunakan sumber daya alam dengan maksimal, dan lebih bermanfaat. Namun kita juga dituntut untuk bisa menciptakan energi terbarukan. Dan apa yang dilakukan Pertamina RU Wilayah Plaju dengan menyediakan Green Refinery adalah langkah yang tepat, dengan menggunakan bahan bakar dari nabati,” jelas Eddy.
Diakuinya, diversifikasi energi sangat diperlukan. “Kita (Unsri, red.) siap membantu memberikan kontribusi secara real, salah satunya dengan menyiapkan SDM yang handal,” pungkasnya.
Di akhir sesi Kuliah Merdeka, juga diumumkan donasi yang akan disumbangkan pada masyarakat sekitar kilang Pertamina RU Wilayah Plaju. Selain itu, diumumkan juga para pemenang _
TikTok Challenge, penanya terbaik, hingga pemenang kuis online Kahoot.
Setelah kegiatan webinar, beberapa panitia dari BEM KM FT Unsri yang mengikuti kegiatan secara offline juga diajak untuk mengikuti Tour de Kilang untuk melihat secara langsung proses produksi di dalam Kilang Plaju dan Sungai Gerong. Selain itu, beberapa peserta lainnya secara paralel juga diberi pengetahuan dan praktek dasar dalam penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) untuk menanamkan jiwa tanggap darurat sejak dini. (adi/rp)