Gembiranya 11 Petugas Kebersihan di India Usai Menang Lotre Rp 18 Milyar

0

Kuala Lumpur – Sebelas perempuan petugas kebersihan di Kerala India patungan untuk membeli lotre. Mereka ternyata menang! Duitnya miliaran bila dirupiahkan.

Dilansir BBC, Sabtu (5/8/2023), 11 perempuan itu adalah bagian dari petugas kebersihan yang mengumpulkan sampah yang tidak bisa didaur ulang (non-degradable) dari rumah-rumah di kota Parappanangadi di Distrik Malappuram, Negara Bagian Kerala.

Awal mulanya, Juni lalu, mereka patungan membeli tiket lotre senilai 250 rupee atau sekitar Rp 45.967. Ini adalah tiket lotre edisi khusus musim hujan, biasany dikeluarkan untuk acar khusus seperti festival.

Selain mereka tak mampu membeli tiket lotre sendiri-sendiri, Kerala juga tidak melegalkan pembelian lotre secara sendiri-sendiri. Lotre boleh asalkan belinya bareng-bareng.

Kuttimalu, 72 tahun, mengaku awalnya sedih saat Radha mengumpulkan uang sebab pada saat itu dia tak punya cukup uang.

“Cherumannil Baby (anggota lain dari kelompok itu) lalu memberi tahu saya kalau dia punya 25 Rupee dan bersedia meminjamkan saya setengahnya untuk patungan tiket,” katanya kepada BBC.

Kedua perempuan itu masing-masing patungan 12,5 rupee untuk bagian tiket mereka, sementara sembilan perempuan lainnya membayar masing-masing 25 rupee.

Menang!

Pekan lalu ada kabar gembira. Mereka menang 100 juta rupee atau sekitar Rp 18,3 miliar. Para perempuan itu menang hadiah utama dengan jumlah berkali-kali lipat dari hasil patungan mereka.

Baby, petugas kebersihan perempuan berusia 62 tahun, tak percaya kelompoknya memenangkan lotre. “Keberuntungan tak pernah berpihak pada saya,” katanya.

Rumahnya hanyut dalam banjir dahsyat yang melanda Kerala pada 2018. Dia kini berencana membangun rumah dan melunasi utangnya.

K Bindu, 50 tahun, kehilangan suaminya tahun lalu karena gagal ginjal. Keluarganya tak mampu membayar uang untuk transplantasi.”Dia biasa membeli tiket lotre dengan uang yang kami simpan untuk cuci darah,” kata Bindu tentang suaminya.

“Dia meninggalkan kami tanpa menyelesaikan pembangunan rumah kami. Saya harus menyelesaikannya sekarang.”

Penghasilan 11 perempuan

Dari pekerjaan mereka sehari-hari, mereka biasanya mendapat upah 250 rupee (sekitar Rp 45.967) per hari yang berasal dari iuran bulanan masing-masing rumah di lingkungan tersebut dan sesekali mendapat uang tambahan dari sampah terpilah yang mereka jual kepada perusahaan lokal.

Upah sebesar itu, bagi perempuan tersebut, tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Sebagian besar dari mereka terpaksa meminjam uang dari bank demi pendidikan anak-anak dan kebutuhan lainnya. Itu sebabnya, mereka kadang-kadang mengumpulkan uang untuk membeli tiket lotre.

“Kami pernah memenangkan hadiah sebesar 1.000 rupee (sekitar Rp 184.249) dan membagikannya,” ujar Radha, yang biasa membeli tiket secara patungan.

K Bindhu, salah satu dari 11 perempuan itu, ingin menggunakan uangnya untuk pendidikan putrinya yang berusia 15 tahun agar bisa mendapatkan pekerjaan yang baik.

Lakshmi, 49 tahun, mengatakan bahwa pada malam sebelum menang lotre, keluarganya khawatir dengan masa depan mereka.

Suaminya, seorang pekerja konstruksi, kesulitan mendapat pekerjaan karena musim hujan lebat di negara bagian tersebut.

Pasangan itu lega kini mereka dapat menggunakan uang itu untuk biaya sekolah putri mereka.

Leela, 56 tahun, khawatir memenuhi biaya operasi putrinya. “Saya sudah meminjam uang untuk biaya pernikahannya dengan menjaminkan rumah saya,” katanya.

Dikurangi pajak lotre yang wajib dibayarkan kepada pemerintah, sebelas perempuan itu akan mendapatkan uang sebesar 63 juta rupee (sekitar Rp 11,6 miliar). Baby dan Kuttimalu berkata mereka akan membagi uang itu secara merata.

Selain mengumpulkan sampah, para perempuan itu membangun toilet umum dan memasang fasilitas pembuangan sampah, menurut KT Balabhaskaran, Direktur Suchitwa Mission, badan yang mengelola manajemen sampah di seluruh di negara bagian.

Pada Jumat pekan lalu, sehari setelah kemenangan yang mengubah hidup mereka, 11 perempuan tersebut bekerja seperti biasa sebagai petugas kebersihan.

“Kami memutuskan satu hal,” kata Leela. “Kami tidak akan meninggalkan pekerjaan ini karena kelompok ini memberi kami kemakmuran.”

(dnu/detik)