Kondisi ini membuat Banglades mengalami pemadaman listrik massal. Adani Power yang merupakan bagian dari Adani Group mengekspor listrik dari pembangkit listrik Godda dengan kapasitas sebesar 1.600 megawatt (MW) di negara bagian Jharkhand, India timur.
Perusahaan listrik yang didirikan oleh konglomerat India, Gautam Adani itu telah mengurangi pasokan listrik menjadi 700 MW-750 MW dari sebelumnya sebesar 1.400-1.500 MW pada awal Agustus lalu.
Menurut data Power Grid Bangladesh, pasokan listrik terus berkurang menjadi sekitar 520 MW pada pekan lalu. Penasihat Listrik dan Energi di pemerintahan sementara Bangladesh, Muhammad Fauzul Kabir Khan mengatakan pihaknya berupaya melunasi utang secara bertahap.
“Kami akan menempuh langkah-langkah alternatif jika ada pengurangan pasokan. Kami tidak akan membiarkan produsen listrik mana pun menyandera kami,” kata Muhammad Fauzul Kabir Khan, dikutip Reuters, Senin (11/11/2024).
Sementara itu, menurut salah seorang pejabat Bangladesh Power Development Board (BPDB) mengatakan pemerintah Bangladesh telah mempercepat pelunasan utang yang jatuh tempo pada 7 November 2024. Di sisi lain, negara tersebut telah membuka letter of credit sebesar US$170 juta untuk Adani dan mempercepat pembayaran.
Bangladesh pun telah berjuang untuk melunasi tagihannya karena mahalnya impor bahan bakar dan barang sejak Rusia menginvasi Ukraina pada tahun 2022 lalu. Apalagi ditambah intrik politik yang menyebabkan penggulingan Perdana Menteri Sheikh Hasina pada bulan Agustus juga semakin memperparah situasi negeri tersebut.
Sementara itu, Adani Power tidak menanggapi pertanyaan dari Reuters tentang pengurangan pasokan listrik dan rincian pembayaran yang dilakukan oleh Bangladesh.
(kil/detik)