MEDAN– Gubernur Sumut Edy Rahmayadi membuat sederet syarat super ketat bagi kabupaten/kota yang hendak menggelar pembelajaran tatap muka di sekolah saat pandemi Corona. Syarat itu, kata Edy, harus dipenuhi seluruhnya.
“Ada dua yang harus kita bargaining-kan. Yang pertama, anak dalam pendidikan tatap muka, hasilnya adalah pandai. Atau pendidikan non-tatap muka tetapi sehat. Itu yang kita perbandingkan. Bagaimana kalau dia nanti tatap muka terus tidak sehat. Dari perbandingan tersebut ada persyaratan yang harus kita bikin,” ucap Edy di rumah dinas Gubernur Sumut, Selasa (29/12/2020).
Edy mengatakan syarat yang pertama adalah pengurangan jumlah siswa dalam kelas. Waktu pelajaran juga harus dikurangi.
“Seandainya, contoh, 40 murid. Dia harus 50% berarti 20 murid. Kalau dalam pendidikan itu adalah 4 jam, kita potong dia menjadi 2 jam,” katanya.
Syarat yang kedua, yaitu penerapan protokol kesehatan. Sekolah harus menyediakan masker, tempat cuci tangan dan menjaga jarak siswa saat berada di sekolah.
Untuk syarat ketiga, Edy mengatakan harus ada pemeriksaan kesehatan kepada seluruh guru yang akan mengajar. Para guru nantinya akan mengikuti rapid test antigen.
“Ketiga, persyaratannya guru-guru dalam mengajar dia harus ada minimal swab antigen. Jangan sampai gurunya tidak sehat, akhirnya muridnya kena semua,” tutur Edy.
“Syarat keempat adalah dia daerah itu harus hijau, tak boleh orange apalagi merah. Itu tadi saya tekankan ke bupati dan wali kota tidak sembarang buat pendidikan tatap muka,” imbuhnya.
Edy mengatakan semua syarat ini harus dipenuhi bupati dan wali kota yang ingin melakukan pembelajaran tatap muka di daerahnya. Persyaratan ini, kata Edy, dilakukan untuk mencegah anak-anak terpapar virus Corona.
“COVID-19 ini tidak main main, anak kita ini tak bisa begitu gampang diatur, orang tua aja susah diatur, apalagi anaknya. Begitu dia terpapar anak itu, dia pulang ke rumah, orang tuanya pasti kena, nenek, kakeknya di situ pasti kenak. Bisa kita bayangkan, tolong ini disosialisasikan, kalau ini kena semua, bayangin implikasinya adalah ekonomi,” jelas Edy.
Edy mengingatkan agar tidak ada sekolah yang melakukan tatap muka secara diam-diam. Dia mengatakan akan menuntut sekolah yang buka secara diam-diam dan ada siswa yang terpapar COVID-19.
“Kalau itu dia lakukan, saya akan gunakan Perda. Saya akan tuntut itu,” paparnya.
Meski telah mengungkapkan syarat ketat yang harus dipenuhi, Edy mengaku belum memutuskan kapan sekolah tatap mulai digelar di Sumut. Dia mengatakan masih ada sejumlah pembahasan yang harus dilakukan.
“Saya akan kumpulkan dulu tokoh tokoh pendidikan, ada ahli psikologi anak. Ada dokter dokter anak, ada tokoh tokoh masyarakat, tokoh pendidikan. Hari Kamis dulu kita pastikan,” ujar Edy.
((haf/haf/detikcom)