Harga Tenun Gringsing Made In Bali Tembus Ratusan Juta

0
Foto: Kain Tenun Gringsing (Ilyas Fadilah/detikcom)
Jakarta – Karya Kreatif Indonesia (KKI) digelar di Jakarta Convention Center mulai 26-29 Mei 2022. Event ini memamerkan karya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) lokal dari seluruh daerah Indonesia.

Salah satu produk yang dipamerkan di event KKI adalah Tenun Gringsing dari Bali. Kadek, pemilik UMKM Tunjung Biru Art Shop menjelaskan jika tenun gringsing menjadi salah satu produk paling langka di dunia.

“Ini kain gringsing, double ikat yang hanya ada tiga di dunia, Indonesia di Karangasem, India, dan Jepang,” katanya kepada detikcom, Jumat (27/5/2022).

Menurut Kadek, gringsing adalah warisan budaya yang secara indikasi geografis hanya bisa dibuat di Bali, khususnya Tenganan. Oleh karena itu mayoritas penenun gringsing berasal dari wilayah tersebut, namun masih berskala rumahan.

Kadek mengaku jika usahanya berdiri secara tidak langsung karena alasan tersebut. Ia memiliki tim penenun yang bekerja sama dengan pengrajin lokal. Dan saat ini ia fokus mengembangkan UMKM lewat izin-izin dari pemerintah.

Kadek menuturkan jika dalam pembuatan kain gringsing, dibutuhkan waktu antara 2-3 tahun untuk menjadi satu selendang. Ia juga mengungkapkan jika pembuatan tenun gringsing menjadi salah satu yang paling sulit di dunia.

“Pewarnaannya lama, butuh waktu dua sampai tiga tahun untuk jadi satu selendang. Terus double ikat ini kan benang vertikal sama horizontal sudah dikasih motif selagi masih benang, lalu ditenun,” tambahnya.

Menurutnya proses seperti itu membutuhkan hitungan matematika karena harus mempertemukan masing-masing motif menjadi pola yang sama. Karena keunikannya kain ini terpampang di beberapa museum di eropa.

Tenun Gringsing dijual mulai dari puluhan hingga ratusan juta rupiah, tergantung tingkat kesulitan dan lama pembuatan. Konsumennya bukan hanya warga lokal, melainkan turis mancanegara yang berkunjung ke toko Kadek di Bali.

Namun produk UMKM ini belum mencapai pasar internasional karena beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah karena kebutuhan ekspor yang besar hingga soal pembuatan kain yang tergolong lama.

Omzet yang kadek dapatkan selama event ini adalah belasan juta rupiah. Sementara di luar KKI, omzet di tokonya masih di bawah Rp 10 juta.

(dna/dna/detik)