Harta Karun Sriwijaya di Sungai Musi: Permata Raja-Patung Buddha Abad ke-8

0
Sejumlah harta karun diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya ditemukan nelayan dari Sungai Musi (Foto: Wreckwatch)
Jakarta – Penemuan harta karun diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sungai Musi menjadi sorotan internasional. Benda yang ditemukan di sana bermacam-macam.

Seperti dilansir The Guardian, Selasa (26/10/2021), harta karun peninggalan Sriwijaya ini ditemukan oleh nelayan. Benda berharga itu ada di dasar Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).

Temuan luar biasa itu terdiri dari koin, permata raja, hingga patung Buddha yang disebut dibuat pada abad ke-8.

Patung Buddha itu disebut bertakhtakan permata bernilai jutaan poundsterling.

Arkeolog maritim Inggris, Dr Sean Kingsley bahkan membandingkan temuan ini dengan cerita fiksi Sinbad si Pelaut.

“Dalam lima tahun terakhir, hal-hal luar biasa telah muncul. Koin dari semua periode, patung emas dan Buddha, permata, segala macam hal yang mungkin Anda baca di Sinbad the Sailor dan mengira itu dibuat-buat. Itu benar-benar nyata,” kata dia.

Situs harta karun itu juga mengembalikan ingatan pada kerajaan dongeng tentang Pulau Emas.

Kingsley menggambarkan penemuan harta karun itu menjadi bukti definitif bahwa Sriwijaya adalah ‘dunia air’. Di mana orang-orangnya tinggal di sungai seperti manusia perahu modern.

Menurutnya, cerita itu seperti yang dicatat oleh teks-teks kuno: “Ketika peradaban berakhir, rumah kayu, istana, dan kuil mereka semua tenggelam bersama semua barang-barang mereka”.

“Melayang di atas buaya yang menggigit, para nelayan lokal – manusia laut modern Sumatera – akhirnya membuka rahasia Sriwijaya,” katanya.

Penelitian akan diterbitkan dalam edisi terbaru majalah Wreckwatch, yang diedit oleh Kingsley. Studi Sriwijaya merupakan bagian dari publikasi musim gugur setebal 180 halaman yang berfokus pada Tiongkok dan Jalur Sutra Maritim.

Kingsley mencatat, pada puncaknya, Sriwijaya mengendalikan arteri Jalan Sutra Maritim, pasar kolosal di mana barang-barang lokal, Cina dan Arab diperdagangkan.

“Sementara dunia Mediterania barat memasuki zaman kegelapan pada abad kedelapan, salah satu kerajaan terbesar di dunia muncul di peta Asia Tenggara. Selama lebih dari 300 tahun penguasa Sriwijaya menguasai jalur perdagangan antara Timur Tengah dan kekaisaran Cina. Sriwijaya menjadi persimpangan internasional untuk produk terbaik zaman itu. Penguasanya mengumpulkan kekayaan legendaris” ujarnya.

Dia juga merinci temuan alat perdagangan, senjata perang, hingga peninggalan agama. Selain itu juga ada pedang emas, cincin perunggu, serta anting dan manik-manik kelung emas.

“Dari dangkal telah muncul emas dan permata berkilauan yang cocok dengan kerajaan terkaya ini – mulai dari alat perdagangan dan senjata perang hingga peninggalan agama. Dari kuil-kuil dan tempat-tempat pemujaan yang hilang telah muncul patung-patung Buddha perunggu dan emas, pengetuk pintu kuil perunggu bergambar wajah iblis Kala, dalam legenda Hindu kepala mitos Rahu yang mengaduk lautan untuk membuat ramuan keabadian. Lonceng biarawan perunggu dan cincin upacara emas bertatahkan batu rubi dan dihiasi dengan tongkat vajra emas bercabang empat, simbol Hindu untuk petir, senjata pilihan dewa,” tulisnya.

Dia mengatakan harta karun yang diambil nelayan itu berakhir di pedagang barang antik. Sementara para nelayan yang bertaruh nyawa hanya menerima imbalan sedikit dari nilai harta tersebut.

“Mereka hilang dari dunia,” kata Kingsley

“Paket besar, termasuk patung Buddha berukuran besar yang menakjubkan yang dihiasi dengan permata berharga, telah hilang dari pasar barang antik internasional. Baru ditemukan, kisah naik turunnya Sriwijaya sekarat lagi tanpa diceritakan,” tambahnya.

(jbr/aud/detikcom)