Ilmuwan Tes DNA Rambut Beethoven, Terungkap Penyebab Kematian yang Tak Terduga

0
Jakarta – Ilmuwan mencari tahu penyebab kematian komposer Jerman, Ludwig van Beethoven, dengan menganalisis hasil DNA pada rambutnya. Komposer musik klasik ternama itu meninggal pada Maret 1827 setelah mengalami sakit yang berkepanjangan.

Bukan lagi rahasia bahwa Beethoven mengalami tuli fungsional pada usia pertengahan 40-an yang membuatnya harus mengakhiri kariernya. Ironi tragis ini membuat peneliti mencari tahu dari sudut pandang medis mengenai penyebab penyakitnya dan misteri kematiannya.

Dikutip dari Science Alert, nyaris dua abad setelah kematian Beethoven, peneliti menganalisis genetik DNA dalam sampel rambutnya yang telah diautentikasi. Ahli biokimia, Dr Johannes Krause mengatakan, tujuan utama peneliti adalah untuk menjelaskan masalah kesehatan Beethoven, yang diketahui mencakup gangguan pendengaran progresif.

Penyebab utama gangguan pendengaran tersebut tidak pernah diketahui, bahkan oleh dokter pribadinya Dr Johann Adam Schmidt. Hanya saja, diketahui bahwa Beethoven memiliki masalah tinitus di usia 20-an yang perlahan-lahan berubah menjadi berkurangnya toleransi terhadap suara keras.

Temuan tentang hasil tes DNA rambut Beethoven dipublikasikan di jurnal Cell tahun lalu.

Selain gangguan pendengaran, komposer klasik terkenal ini juga mengalami keluhan gastrointestinal berulang sepanjang hidupnya, serta penyakit hati yang parah. Meski tidak bisa mengetahui secara pasti penyebab tuli yang dialami komposer itu, ilmuwan menemukan pemicu kematian Beethoven.

“Kami menemukan sejumlah faktor risiko genetik yang signifikan terhadap penyakit hati. Kami juga menemukan bukti adanya infeksi virus hepatitis B paling lambat beberapa bulan sebelum komposer tersebut menderita penyakit terakhir,” kata Dr Krause.

“Kemungkinan besar hal itulah yang menjadi penyebab kematiannya,” sambungnya.

Data genetik Beethoven juga membantu para peneliti menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari penyakitnya, seperti penyakit celiac, kondisi autoimun, intoleransi laktosa, atau sindrom iritasi usus besar.

Surat-surat yang ditulis oleh Beethoven, serta teman-temannya, menunjukkan bahwa sang komposer rutin mengonsumsi alkohol. Meskipun sulit untuk mengetahui berapa banyak dia minum, seorang teman dekatnya menulis bahwa Beethoven minum setidaknya satu liter anggur saat makan siang setiap hari.

Minum alkohol, dikombinasikan dengan faktor risiko genetik untuk penyakit hati dan infeksi hepatitis B, mungkin merupakan bencana besar bagi kesehatan Beethoven menjelang akhir hidupnya.

“Jika konsumsi alkoholnya cukup banyak dalam jangka waktu yang cukup lama, interaksi dengan faktor risiko genetiknya memberikan satu kemungkinan penyebab sirosisnya,” kata penulis utama studi Tristan Begg dari Universitas Cambridge.

(kna/detik)