India Batasi Ekspor, Pasar Beras Dunia Kacau!

0
Jakarta – Harga beras mengalami lonjakan tajam dalam beberapa bulan terakhir karena India sebagai produsen utama membatasi ekspor beras. Ini dapat berdampak pada jutaan konsumen di seluruh dunia, terutama di negara-negara Asia dan Afrika dengan makanan pokok beras.

India memberlakukan larangan ekspor beras putih non-Basmati bulan lalu. Pemerintah India mengatakan, tujuannya untuk membantu menurunkan harga beras di dalam negeri dan mengamankan ketersediaan pangan domestik. Padahal harga bahan makanan pokok sudah melonjak akibat perang di Ukraina. Selain itu, cuaca ekstrem saat ini terjadi di berbagai tempat, yang mengganggu panen dan pasokan bahan makanan pokok.

Selain itu, Thailand, pengekspor beras terbesar kedua di dunia, mendesak para petaninya untuk mengurangi penanaman padi sebagai bagian dari upaya penghematan air. “Curah hujan kumulatif sekitar 40% di bawah tingkat normal, menimbulkan risiko kekurangan air yang tinggi,” kata Surasri Kidtimonton, dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Administrasi Air Nasional Thailand pada 31 Juli lalu. Kidtimonton mendorong para petani untuk mempertimbangkan menanam tanaman yang membutuhkan lebih sedikit air dan memiliki siklus panen lebih cepat.

Pasar beras dunia menghadapi ketidakpastian

Uni Emirat Arab, importir utama dan pengekspor beras India, mengatakan akan membatasi penjualan pasokan berasnya ke negara lain, sebagai dampak dari larangan ekspor India. Eksportir Thailand dan Vietnam juga bereaksi dengan mendorong negosiasi ulang harga kontrak penjualan sekitar setengah juta ton untuk pengiriman Agustus, menurut kantor berita Reuters.

Padahal pasar pangan global saat ini masih menghadapi dampak perang di Ukraina, dengan penarikan Rusia dari kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam, yang mengakhiri perjanjian yang memungkinkan ekspor biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam. Rusia juga meningkatkan serangan militernya ke fasilitas-fasilitas pelabuhan dan gudang biji-bijian di Ukraina.

Hal ini memicu kekhawatiran bahwa gangguan dalam perdagangan beras global dapat memperburuk situasi ketahanan pangan yang sudah terancam di banyak negara. Harga beras melonjak ke level tertinggi dalam satu dekade, menandai kenaikan 14% sejak Juni lalu. Situasi ini terutama disebabkan oleh cuaca yang lebih hangat dan curah hujan yang tidak menentu, yang merusak produksi beras di seluruh Asia.

Dalam beberapa bulan terakhir, hujan deras dan banjir di India utara, telah merusak banyak sawah. Selain itu, kenaikan harga pupuk dan bahan bakar turut menyebabkan kenaikan biaya produksi.

Dampak buruk bagi warga miskin

Beras adalah salah satu makanan pokok utama dunia dan dikonsumsi oleh sekitar setengah dari populasi dunia. Sekitar 500 juta metrik ton beras diproduksi setiap tahun. Di banyak negara, beras berfungsi sebagai sumber utama asupan kalori.

Tahun lalu, India mengekspor sekitar 22 juta ton beras ke 140 negara, yang merupakan sekitar 40% dari perdagangan sereal global. Thailand menyumbang sekitar 15% dari permintaan pasar global, sementara Vietnam menyumbang 14%.

Menurut data yang dikeluarkan oleh pemerintah India, hampir 80% dari ekspor beras negara itu terdiri dari varietas non-Basmati, yang lebih terjangkau harganya dan banyak diminati di negara-negara miskin seperti Bangladesh, Nepal, Senegal, dan Benin. Bagi kawasan Sahara Afrika, larangan ekspor beras non-Basmati India kemungkinan akan memperburuk kerawanan pangan, karena negara-negara ini sangat bergantung pada India sebagai pemasok beras utama mereka.

Pada 3 Agustus lalu, dua sumber pemerintah India mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa stok beras India telah mencapai hampir tiga kali lipat dari jumlah yang ditargetkan pada awal Agustus. Mereka berharap otoritas India bisa mempertimbangkan untuk mencabut larangan ekspor.

Namun, sejauh ini dampak gangguan pasokan di pasar beras global masih belum jelas. Banyak negara di Asia sendiri tengah berjuang menghadapi tingkat inflasi yang tinggi pada harga bahan makanan, dan pemerintahan menghadapi tekanan untuk mengendalikan harga pangan.

(hp/as/detik)