Ali Hamie mengatakan kepada AFP, Kamis (7/11/2024), bahwa pesawat tetap lepas landas dan mendarat tanpa masalah apa pun.
Namun, sebuah pabrik pemanas di sebelah tembok pembatas bandara rusak parah akibat serangan tersebut, menurut seorang fotografer AFP di lokasi kejadian.
Serangan di dekat bandara itu terjadi setelah kelompok bersenjata Hizbullah di Lebanon mengumumkan pada hari Rabu (6/11), bahwa mereka telah menargetkan pangkalan militer di dekat Bandara Ben Gurion, pusat transportasi internasional utama Israel.
Serangan Israel itu menyebabkan “kerusakan kecil” pada beberapa bangunan tetapi “tidak di dalam gedung terminal banda”, kata seorang pejabat bandara kepada AFP dengan syarat anonim, karena ia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
Ia mengatakan serangan itu telah berdampak pada gedung pemeliharaan milik anak perusahaan Middle East Airlines, maskapai nasional Lebanon dan satu-satunya maskapai yang masih mengoperasikan penerbangan di sana.
Abu Elie, seorang pengemudi taksi, berada di bandara ketika serangan itu terjadi.
“Seluruh tempat parkir mobil berguncang. Orang-orang membawa barang bawaan mereka di bahu dan berlarian,” katanya.
“Ketika saya sampai di jalan, ada begitu banyak asap sehingga saya harus menyalakan lampu depan,” ujarnya.
“Begitu mereka mengirim peringatan, kami masuk ke mobil dan melarikan diri,” ujar warga Beirut, Malak Okail kepada AFP.
“Hal ini sudah menjadi hal yang berulang,” kata Ramzi Zaitar, warga Beirut lainnya.
“Kami harus meninggalkan rumah kami beberapa kali. Terkadang kami tidur di mobil,” tambahnya.
“Kematian sudah menjadi masalah keberuntungan. Kami bisa mati atau bertahan hidup,” cetusnya.
Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad mengatakan, bahwa sejak 23 September, lebih dari 2.600 orang telah tewas dalam serangan Israel di Lebanon.
(ita/detik)