Jepang Protes Uji Coba Rudal Balistik Antarbenua China

0
Jakarta – Pemerintah China menegaskan bahwa bahwa uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) yang baru dilakukannya adalah “sah dan rutin”. Beijing juga menyatakan tidak mengubah kebijakan nuklirnya. Hal ini disampaikan Beijing setelah peluncuran tersebut memicu protes dari negara-negara kekuatan regional.

“Peluncuran ICBM adalah untuk menguji kinerja senjata dan pelatihan kami. Ini adalah pengaturan yang sah dan rutin untuk pelatihan militer,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan China, Zhang Xiaogang dalam konferensi pers di Beijing, dilansir kantor berita AFP, Kamis (26/9/2024).

“Kebijakan nuklir China sangat stabil, konsisten, dan dapat diprediksi. Kami secara ketat mengikuti kebijakan nuklir untuk tidak menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu dan menerapkan strategi nuklir untuk pertahanan diri,” kata Zhang.

Dia mengatakan China tidak menginginkan “perlombaan senjata” dan telah “berjanji untuk tidak menggunakan atau mengancam akan menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir atau zona bebas senjata”.

“China akan terus menjaga kemampuan nuklirnya pada tingkat minimum yang diperlukan untuk keamanan nasional,” kata Zhang.

China mengumumkan uji coba yang langka tersebut pada hari Rabu (25/9), dengan mengatakan bahwa rudal tersebut membawa hulu ledak tiruan. Ini merupakan uji coba ICBM pertama dalam empat dekade yang dilakukan China.

Kementerian Pertahanan China dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Rabu (25/9/2024), menyebut Pasukan Roket militer China “telah meluncurkan sebuah ICBM… yang membawa hulu ledak tiruan ke laut lepas di Samudra Pasifik, tanggal 25 September, pukul 08.44 waktu setempat”.

“Rudal tersebut terjatuh ke wilayah laut yang diperkirakan,” sebut Kementerian Pertahanan China dalam pernyataannya.

Aktivitas peluncuran rudal oleh Beijing itu memicu protes dari negara-negara lainnya di kawasan tersebut. Jepang, negara tetangga China, mengatakan pihaknya “tidak menerima pemberitahuan sebelumnya dari pihak China”. Tokyo menyebut pembangunan militer Beijing di kawasan merupakan “kekhawatiran serius”.

Adapun pemerintah Australia mengatakan sedang mencari “penjelasan”, sementara Selandia Baru menyebut peluncuran tersebut sebagai “perkembangan yang tidak diinginkan dan mengkhawatirkan”.

(ita/detik)