Perubahan itu juga bertujuan untuk menyelaraskan prosedur di Bundeswehr, dengan penguatan undang-undang kesempatan yang sama baru-baru ini yang berlaku untuk pemerintahan secara keseluruhan. Bundeswehr membutuhkan lebih banyak orang untuk mengisi barisannya, sebagai bagian dari upaya Jerman untuk meningkatkan kemampuan militernya.
“Perempuan masih kurang terwakili di Bundeswehr,” kata Steffen Hebestreit, juru bicara pemerintah, kepada wartawan minggu lalu. Target awalnya adalah meningkatkan partisipasi perempuan melebihi 20%. Para pejabat pertahanan ingin perempuan mengisi setidaknya setengah dari korps medis. Saat ini, menurut data pemerintah baru ada sekitar 9,5 persen anggota Bundeswehr perempuan, di korps medis 45%.
Bundeswehr seluruhnya memiliki sekitar 180.000 tentara, hampir 24.000 dari mereka adalah perempuan. Memang keterlibatan perempuan sudah makin meningkat sejak akhir Perang Dingin. Sekarang lebih banyak perempuan yang terlibat, kata Steffen Hebestreit, sesuai dengan agenda “Pemberdayaan perempuan dan anak perempuan” PBB.
Meningkatkan rekrutmen perempuan
Kebijakan yang baru antara lain berfokus pada gaji, baik saat bertugas aktif maupun di cadangan. Bundeswehr juga berupaya meningkatkan dukungan untuk pengasuhan anak dan perawatan bagi anggota keluarga yang lanjut usia dan sakit.
Jika gaji dan layanan yang lebih baik bisa meringankan perempuan dari jenis pekerjaan rumah tangga tak berbayar, pemerintah Jerman berharap kebijakan yang baru akan menciptakan peluang maupun insentif untuk bergabung dengan militer.
Ketika militer Jerman Barat didirikan pada tahun 1955, perempuan dilarang bertugas. Hal itu mulai berubah tahun 1975 – ketika perempuan diizinkan bergabung, tetapi hanya terbatas pada korps medis. Kemudian semua posisi mulai terbuka untuk perempuan, tetapi kebanyakan tetap bergabung di korps medis.
Situasi di Negara Sosialis Jerman Timur lain. Karakter sosialis membuat negara cenderung memberikan peluang yang sama bagi pria dan perempuan. Angkatan bersenjata Jerman Timur didirikan pada tahun 1956 dan memungkinkan partisipasi penuh. Tetapi kebanyakan perempuan mengisi tugas medis dan administrasi.
Militer masih ‘dunia laki-laki’ – tidak hanya di Jerman
Di sebagian besar negara, militer memang “masih menjadi dunia laki-laki”, seperti yang dinyatakan dalam laporan Parlemen Inggris tahun 2021. Pada saat itu, 11% dari pasukan reguler Inggris terdiri dari perempuan. Itu angka tertinggi dalam catatan kementerian pertahanan, tetapi masih di bawah target rekrutmen sebesar 15%. Bahkan untuk tahun 2030, militer Ingris ingin menaikkan kuota perempuan sampai 30%. Di Amerika Serikat, lebih dari 17% personel tugas aktif adalah perempuan pada tahun 2021, menurut departemen pertahanan AS.
Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, telah mengumumkan target penambahan sekitar 20.000 tentara pada tahun 2031. Itu akan menjadi tantangan. Karena dalam hal perekrutan, Bundeswehr harus bersaing dengan lembaga-lembaga pemerintah lainnya dan sektor swasta untuk mendapatkan pelamar potensial.
Tantangan lain yang dimiliki militer dibanding sektor swasta: keselamatan di tempat kerja, terutama bagi perempuan. Pelecehan seksual sering terjadi di militer, kata organisasi hak asasi Terre des Hommes. Antara 2018-2020, di Bundeswehr ada hampir 850 kasus pelecehan seksual.
(hp/yf) (ita/detik)