Jokowi Targetkan Guru PPPK di 2024 Tembus 1 Juta

0
Jakarta – Presiden Joko Widodo menargetkan adanya tambahan 1 juta guru ASN PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) di tahun 2024. Sementara dalam 3 tahun ke depan diharapkan ada tambahan 840 ribu guru yang direkrut sebagai ASN P3K.

Menurut Jokowi, berdasarkan laporan Mendikbud Nadiem Makarim dan MenPAN-RB Abdullah Azwar Anas, pada 2021 dan 2022 sudah ada 544 ribu guru honorer yang lolos seleksi ASN P3K.

“Ini laporan yang saya terima dari Mendikbud dan MenPAN. Rekrutmen guru ASN P3K tahun 2021 dan tahun 2022 telah terdapat 544 ribu guru honorer yang lolos seleksi ASN P3K,” ujarnya dalam HUT PGRI Ke-78 dan HGN, disiarkan YouTube Pengurus Besar PGRI Official, Sabtu (25/11/2023).

“Dan harapan kita nanti dalam 3 tahun akan ada kurang lebih 840 ribu guru yang direkrut sebagai ASN P3K. Dan pada 2024 nanti akan mencapai 1 juta guru ASN P3K,” tambahnya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, pemerintah terus memberi dukungan terhadap peningkatan kesejahteraan guru. Pemerintah juga berkomitmen menyelesaikan permasalahan guru honorer lewat program P3K.

Permasalahan yang dimaksud, terang Jokowi, misalnya terkait kepastian karier para guru honorer. Ia pun mengklaim persoalan itu mulai teratasi secara bertahap.

“Permasalahan guru honorer misalnya terkait dengan kepastian karier dan kesejahteraannya saat ini sudah tahap demi tahap teratasi berkat program seleksi guru ASN P3K,” tambahnya.

Dalam kesempatan itu Jokowi membeberkan peran besar para guru dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Apalagi peningkatan kualitas SDM dibutuhkan untuk memanfaatkan bonus demografi.

Jokowi tak Ingin Indonesia bernasib seperti negara-negara Amerika Latin yang gagal memanfaatkan bonus demografi. Kini banyak dari mereka yang terperangkap jadi negara berkembang atau bahkan jatuh miskin.

“Tapi kalau tidak bisa seperti yang kita lihat di negara-negara Amerika Latin, tahun 50-an, 60-an, 70-an mereka sudah ada di posisi negara berkembang. Tapi sampai sekarang sudah 50,60,70 tahun mereka tetap jadi negara berkembang. Dan bahkan ada yang jatuh dari negara miskin,” pungkasnya.
(das/detik)