Jokowi Waswas Vietnam Salip RI Jadi Negara Maju

0
Jakarta – Vietnam dikhawatirkan bisa menyalip Indonesia sebagai negara maju. Kekhawatiran ini disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Jokowi mulai waswas Indonesia bisa kalah bersaing dengan negara tetangga. Pertumbuhan ekonomi pesat yang dilakukan oleh Vietnam dinilai dapat membuat Indonesia kalah saing.
3 Alasan Jokowi Waswas RI Disalip Vietnam:

1. Pertumbuhan Meroket

Mulanya Jokowi membandingkan pendapatan per kapita antara Indonesia dan Vietnam. Sejauh ini pendapatan per kapita Indonesia masih di atas Vietnam, perbedaannya US$ 800 per kapita.

“Vietnam ini income per kapitanya kira-kira US$ 4.300, kita sekarang kira-kira sudah US$ 5.100,” ujar Jokowi dalam sambutannya di acara Konvensi dan Temu Tahunan Forum Rektor Indonesia disiarkan virtual, Senin (15/1/2024).

Nah menurut Jokowi perbedaan pendapatan per kapita antara Indonesia dengan Vietnam terlalu kecil. Artinya, Jokowi menilai Vietnam makin mendekati Indonesia dalam kompetensi menjadi negara maju.

2. Pembangunan Cepat Ala Vietnam

Padahal Jokowi menuturkan Indonesia melakukan pembangunan ekonomi jauh lebih dulu dari Vietnam. Dia mengatakan 30 tahun lebih dulu Indonesia mulai membangun, namun Vietnam sudah hampir mendekati Indonesia.

“Padahal Vietnam mulainya, di tahun 1975 itu baru selesai perang, artinya 30 tahun duluan kita, tapi mereka ngebut, kencang, dan hati-hati income per kapitanya hampir lampaui kita,” ungkap Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi menilai bila semua pihak hanya santai-santai saja dan bergerak secara monoton, Vietnam bakal menyalip Indonesia sebentar lagi.

“Kalau kita hanya monoton dan santai-santai saja, bisa sebentar lagi kelanggar sama yang namanya Vietnam. Ini yang kita tidak mau,” tegas Jokowi.

3. Banyak Riset Teknologi

Jokowi juga menemukan banyak perusahaan swasta besar yang berinvestasi besar pada riset dan pengembangan (research and development/R&D) teknologi di Vietnam. Hal ini membuat kemajuan teknologi Vietnam makin pesat.

Di Vietnam, ada satu perusahaan memiliki peneliti 2.400 orang. Praktik semacam ini menurut Jokowi harus bisa diterapkan di Indonesia juga.

“Saya kemarin di Vietnam dapatkan informasi ada satu perusahaan di sana RND-nya memiliki 2.400 peneliti, ini swasta. Termasuk Tiongkok (China) juga sama, ada yang satu perusahaan yang saya tahu ada yang memiliki 24 ribu periset,” papar Jokowi.

“Sebegitu mereka sangat menghargainya yang namanya riset,” lanjutnya.
(hal/ara/detik)