Jumlah Bayi yang Lahir Makin Ngedrop, Klinik Anak di Korsel Tutup

0
Ilustrasi warga korsel
Jakarta – Penurunan populasi dan menurunnya angka kelahiran di Korea Selatan semakin mengkhawatirkan. Laporan yang dirilis oleh Health Insurance Review and Assessment Service menunjukkan satu dari 10 klinik anak kini telah tutup sebagai buntut angka kelahiran rendah.

Jumlah klinik menurun menjadi 456 di Seoul tahun lalu. Menyusut hingga 12,5 persen dari 521 klinik jika dibandingkan pada 2017.

Korea Selatan menjadi negara dengan tingkat kesuburan terendah di dunia sejak 2013. Jumlah kelahiran di Korea Selatan mencetak rekor terendah di 2022, yakni 0,78 dari semula di angka 0,81. Ini jauh dari angka ideal pertumbuhan populasi penduduk di negara maju yaitu 2,1.

Di seluruh Korea Selatan, keengganan untuk memiliki anak disebabkan biaya hidup yang besar. Hal ini pun membuat negara harus menghadapi masa depan dengan populasi yang menua dan tenaga kerja yang menyusut.

Lebih sedikit orang dewasa muda yang bekerja berarti pertumbuhan ekonomi lebih lambat. Akibatnya, pemerintah akan sulit untuk merawat orang-orang tua karena mereka terus menjadi bagian yang lebih besar dari populasi.

Praktik Dokter Anak Kena Imbasnya

Ditutupnya banyak klinik anak berimbas pada praktik dokter anak. Dibandingkan dengan kedokteran lain, pediatri hanya menerima biaya janji dokter lantaran tidak ada biaya tambahan di luar yang ditanggung oleh asuransi kesehatan.

“Klinik anak sulit dioperasikan lagi,” jelas Lim Hyun-taek, Ketua Asosiasi Dokter Anak Korea, dikutip dari The Korea Herald.

Lim menyebut biaya untuk menemui dokter anak di Korea hanya dikenakan biaya lima persen dari yang diterapkan di Amerika Serikat. Bahkan lebih rendah daripada Kamboja dan China.

“Ini mengharuskan rumah sakit untuk menerima setidaknya 80 pasien sehari untuk mempertahankan bisnis, tetapi angka kelahiran yang menurun membuatnya tidak mungkin,” katanya.

Selain klinik anak, tren penurunan klinik juga terlihat di departemen lain meskipun tidak signifikan. Ini terjadi pada klinik radiologi yang menurun sebesar 2,4 persen dari tahun 2017 ke 2022. Sementara itu, jumlah psikiatri, anestesiologi, dan bedah kardiotoraks justru meningkat.

Jumlah klinik psikiatri meningkat sebesar 76,8 persen dari 302 menjadi 534 selama periode yang sama. Disusul dengan peningkatan klinik anestesiologi sebesar 41,2 persen dan klinik bedah kardiotoraks sebesar 37,5 persen.

(naf/detik)