Kapal Selam AS Disebut Masuk Wilayah Teritorialnya, Rusia Mengejar!

0
Jakarta – Kapal perang Rusia mengejar kapal selam milik Amerika Serikat (AS) yang berada di dekat Kepulauan Kuril, perairan teritorial Rusia. Rusia memaksa kapal AS meninggalkan wilayah tersebut, yang kemudian dibantah oleh AS.

Dilansir AFP, Minggu (13/2/2022) Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan aksi pengejaran dilakukan di tengah latihan militer Rusia. Kapal perang Marsekal Shaposhnikov telah mendeteksi kapal selam Virginia Angkatan Laut AS di perairan teritorial Rusia, yakni dekat Kepulauan Kuril di Pasifik utara.

“Ketika kapal selam AS mengabaikan permintaan untuk keluar ke permukaan, awak fregat ‘menggunakan cara yang tepat’ dan kapal selam AS pergi dengan kecepatan penuh,” demikian dilaporan Kementerian Pertahanan Rusia tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Kemenhan Rusia mengaku juga telah memanggil atase pertahanan AS di Moskow atas insiden pengejaran tersebut.

“Sehubungan dengan pelanggaran oleh kapal selam Angkatan Laut AS di perbatasan negara Federasi Rusia, atase pertahanan di kedutaan AS di Moskow dipanggil ke kementerian pertahanan Rusia”, kata Kemenhan Rusia.

Menanggapi laporan tersebut, militer AS membantah.

“Tidak ada kebenaran atas klaim Rusia atas operasi kami di perairan teritorial mereka.” kata juru bicara Komando Indo-Pasifik AS, Kapten Kyle Raines.

“Kami berlayar dan beroperasi dengan aman di perairan internasional,” lanjut Kyle Raines tanpa menjelaskan lokasi pasti kapal selam AS berada kala itu.

Diketahui Kepulauan Kuril, yang terletak di utara pulau Hokkaido Jepang, telah dikendalikan oleh Moskow sejak direbut oleh pasukan Soviet di hari-hari akhir Perang Dunia II.

Insiden pengejaran terhadap kapal selam AS diduga terjadi dekat Kepulauan Kuril, Urup, yang dikendalikan oleh Rusia. Klaim Rusia terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Barat, di mana Rusia dilihat telah mengepung Ukraina di tiga sisi dengan lebih dari 100.000 tentara yang dikerahkan.

AS telah memperingatkan bahwa invasi habis-habisan dapat dimulai “kapan saja”.

Pada Sabtu (12/2) Pemimpin Rusia Vladimir Putin mengutuk klaim tersebut sebagai “provokasi”.

(izt/imk/detik)