Stunting merupakan sebuah kondisi panjang atau tinggi badan seseorang yang kurang dari normal berdasarkan usia dan juga jenis kelamin. Terjadinya stunting ini juga menunjukkan status gizi yang kurang (malnutrisi) dalam jangka waktu yang lama (kronis) mulai dari masa kehamilan sampai usia anak 24 bulan (2 tahun) atau 60 bulan (5 tahun).
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi ibu hamil dan anak sejak lahir sampai usia 2-5 tahun.
Selain itu, kekurangan protein, zinc, dan zat besi juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting. Karenanya, penting bagi orang tua untuk memperhatikan jenis makanan yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Jika anak mengidap stunting, maka dampak yang dapat muncul yaitu anak akan mudah terserang penyakit, seperti hipertensi yang disebabkan kurangnya sel ginjal, kelainan jantung, dan diabetes mellitus. Selain itu, stunting membuat anak memiliki daya tangkap yang kurang, yakni hanya 50 persen dari anak normal.
Mereka yang terkena stunting sebenarnya dapat disembuhkan dengan mengejar status nutrisi. Namun, hal ini tergantung pada kondisi anak.
“Dalam status nutrisi anak bisa dikejar sesuai kebutuhannya, tetapi yang perlu diingat mengobati tidak lebih baik dari mencegah. Karena kalau sudah disembuhkan tidak bisa mengembalikan masa-masa sebelumnya. Misal dalam 2 tahun terjadi stunting, artinya proses pematangan otak sudah tidak optimal. Padahal pematangan otak itu setelah usia 2 tahun tersisa 20 persen,” sebut dr Dini Safitri Zahara, SpA.
Guna mencegah angka stunting semakin bertambah, pencegahan stunting dapat dilakukan sejak dini, yakni dengan memenuhi gizi ibu hamil dan anak. Lakukan pencegahan ini agar anak bisa menjalani hidup yang normal sesuai dengan anak seusianya dan kelak menjadi generasi emas yang akan membanggakan Indonesia.
(naf/detik)