Sebagaimana diceritakan Abu Rafi’ dari Abu Hurairah RA, cerita bermula saat Juraij tengah melaksanakan sholat sunnah di rumah peribadatan miliknya. Di tengah-tengah ibadahnya, panggilan dari sang ibu terdengar olehnya.
“Juraij! Juraij, anakku!” panggil ibunya, seperti diterjemahkan oleh Nabhani Idris dalam As-Suluk Al-Ijtima’i karya Syaikh Hasan Ayyub .
Juraij yang tengah menunaikan sholat dengan khusyuk pun tatkala mengalami dilema. Ia kemudian bertanya dalam hati, “Ya Allah, apakah aku harus menjawab panggilan ibuku? Padahal aku saat ini sedang menghadap dan berdialog denganMu,”
Seketika itu pula, Juraij memutuskan untuk meneruskan sholat dan mengabaikan panggilan ibunya. Setelah sesaat hening, tiba-tiba terdengar lagi panggilan dari ibunya.
“Juraij, Juraij… Kau di mana?”
Juraij berkeinginan untuk menyahuti panggilan ibunya. Namun, sebagai sosok rahib atau ahli ibadah, ia merasa sayang untuk meninggalkan sholatnya hingga ia kembali memilih meneruskan sholat.
Hingga panggilan dari ibunya kembali terdengar ketiga kalinya. Kali ini suara sang ibu terdengar lebih keras. Dari nada suaranya terdengar marah sebab menurut sang ibu, tidak seperti biasanya Juraij mengabaikan panggilannya tersebut.
Pada puncak kemarahan, tiba-tiba doa buruk pun terlontar dari bibir sang ibu. Saat itu, ibu Juraij pun berkata, “Ya Allah, jangan matikan Juraij sebelum Engkau memperlihatkan kepadanya wajah-wajah perempuan jalang,”
Allah pun mengabulkan doa tersebut. Ujian pun datang menimpa Juraij hingga ia bertemu dengan seorang wanita pelacur.
Wanita pelacur ini datang dari suatu desa ke desa tempat Juraij diami. Selama mendiami desa tersebut, wanita tersebut kerap mendengar nama Juraij dari kaum Bani Israil karena ketekunan ibadahnya.
Pelacur itu pun berkata, “Jika kalian mau, aku akan menggoda Juraij,”
Wanita pelacur itu pun melancarkan aksi yang tentunya ditolak mentah-mentah oleh Juraij. Sebab merasa diabaikan, wanita itu pun mendatangi seorang penggembala di sekitar lereng gunung desa tersebut.
Wanita itu berzina dengan si penggembala dan melahirkan seorang bayi. Di sinilah tipu muslihat wanita pelacur itu diluncurkan.
Hingga akhirnya Juraij teringat dengan doa sang ibu yang sempat didengarnya saat sholat. Kisah ini menjadi salah satu bukti kekuatan doa ibu sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW,
“Tiga doa yang tidak diragukan akan diijabah (oleh Allah SWT), doa orang yang dizholimi, doa musafir, dan doa keburukan oleh orang tua untuk anak,” (HR At Tirmidzi).
(rah/kri/detik)