Jakarta – Polisi memberlakukan pembatasan jam operasional kendaraan pengangkut barang di sejumlah jalan tol saat perayaan Natal dan tahun baru (Nataru) mendatang. Bagaimana jadwal pembatasan tersebut?
Dari postingan Twitter resmi @DivHumas_Polri, seperti dilihat detikcom, Kamis (22/12/2022), pembatasan dilakukan dua jenis, yakni saat perayaan Natal dan saat tahun baru.
Pembatasan arus mudik pada perayaan Natal dilakukan sejak Kamis (22/12/2022), pukul 12.00 WIB, hingga Sabtu (24/12), pukul 24.00 WIB. Sementara pembatasan arus balik Natal dilakukan sejak Minggu (25/12) pukul 12.00 WIB hingga Senin (26/12) pukul 08.00 WIB.
Adapun pembatasan arus mudik perayaan tahun baru akan dilakukan sejak Jumat (30/12), pukul 00.00 WIB hingga Sabtu (31/12) 12.00 WIB. Sementara pembatasan arus balik tahun baru dilakukan sejak Minggu (1/1/2023), pukul 12.00 WIB hingga Senin (2/1/2023), pukul 08.00 WIB.
Rekayasa tersebut dilakukan untuk mengurangi kemacetan saat Nataru. Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman mengatakan, di Tol Jakarta Cikampek sendiri ada beberapa titik yang diprediksi akan mengalami kemacetan, salah satunya Km 10.
“Titik macet, khususnya di jalur arus mudiknya itu sekitar Km 10, kita antisipasi Tol Jakarta Cikampek Simpang Cikunir,” kata Latif saat dihubungi, Kamis (22/12).
Selain itu, di beberapa rest area diprediksi akan penuh karena masyarakat terkadang memaksakan untuk masuk. Untuk itu, Latif menyebut nantinya polisi akan melakukan penutupan dan penjagaan jika kapasitas rest area di sekitar jalan tol sudah penuh.
“Beberapa rest area yang dikhawatirkan jadi kepadatan. Ini juga apabila rest area penuh, kadang-kadang kan pengunjung memaksakan untuk masuk ke sana, sedangkan sudah penuh,” kata dia.
“Nanti ada penutupan ada penjagaan juga itu di Km 19, Km 39. Sama nanti kita memantau yang imbas dari rest area Km 57, maupun nanti keluarnya di Km 48 itu jadi pantauan kita. Tapi insyaallah mudah-mudahan kan mulai hari ini jam 12 nanti sampai 6 sudah mulai nggak boleh operasional,” imbuhnya.
Contra Flow dan One Way Situasional
Latif menambahkan, penerapan rekayasa lalu-lintas berupa contraflow hingga one way diterapkan secara situasional. Nantinya hal tersebut akan menjadi opsi terakhir jika dinilai mendesak.
“Nanti one way dan contraflow sangat fleksibel sekali situasional. Kita mengupayakan tetap pengaturan dan penjagaan,” ujarnya.
Sebab, lanjut Latif, penerapan contraflow dan one way juga mempunyai risiko sendiri. Selain itu, diperlukan banyak personel dalam penjagaan rekayasa lalu lintas tersebut.
“Karena kalau contraflow one way risikonya cukup besar. Ini yang paling terakhir dan juga membutuhkan banyak tenaga untuk pengaturannya,” pungkasnya.
(wnv/jbr/detik)