Ketika Musik Dangdut Bergema Jelang Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

0
Jakarta – Banyak jemaah haji asal Indonesia mencoba menyimak khotbah Jumat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram melalui kanal radio yang memberikan materi terjemahan dalam Bahasa Indonesia melalui aplikasi radio https://manaratalharamain.gov.sa pada gelombang 90 FM. Pengelola kedua masjid suci itu pun telah menyediakan penerjemah khotbah dalam berbagai Bahasa dunia.

Fasilitas semacam ini sudah ada sejak dua tahun lalu dengan maksud agar para jemaah paham dan bisa lebih khusuk menyimak materi khotbah.

Sayangnya, tak semua jemaah berhasil memanfaatkannya karena kendala teknis. “Saya terputus-putus, cuma bisa tiap 5-10 detik,” kata reporter detik.com, Iqbal Arief Ismail.

Keluhan serupa disampaikan reporter televisi nasional. Dia malah mengaku saat mendownload kanal radio tersebut yang tersaji adalah kanal-kanal radio musik rock. “Aneh banget, pas masuk ke gelombang 90 FM sesuai arahan kok yang keluar lagu-lagu music rock,” ujarnya.

Keanehan semacam itu rupanya dialami wartawan lain dari salah satu media online terbesar di Tanah Air. Bedanya, pilihan musik yang keluar adalah dangdut. Entah karena lupa mematikan atau gagap teknologi, sesaat sebelum khatib naik mimbar irama musik dangdut dari radio di telepon selularnya keluar dengan nyaring.

“Gue panik banget karena setelan volumenya full. Untung sebelah gue jemaah dari India yang lagi khusuk banget, tapi yang di kiri senyam-senyum. Dia rupanya jemaah asal Madura,” tuturnya disambut tawa para jemaah asal Indonesia yang tengah bercengkrama usai makan malam.

Mengetahui banyak jemaah yang gagal menyimak khotbah versi Indonesia, Ustaz M. Hafizd dari Maktour menjelaskan bahwa pada intinya khatib antara lain menyampaikan soal keistimewaan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram dibangun. Juga bagaimana Ka’bah dibangun atas dasar ketauhidan. Khatib juga menyampaikan kisah ketika Rasulullah bertawaf mengenalkan titik-titik mustazab untuk berdoa. Ada hajar aswad dan multazam.

Selain itu, khatib juga mengingatkan pentingnya para jemaah dari berbagai penjuru dunia mematuhi tiga larangan Allah SWT selama berhaji, yakni tidak berkata-kata kasar maupun kotor, tidak berbuat dosa seperti ghibah, iri hati dan dengki, serta tidak berbantah-bantah.

“Jika ketiga poin tersebut dipenuhi, insyaallah para jemaah haji akan seperti bayi yang baru lahir dari Rahim ibunya,” kata Hafizd merujuk pernyataan khatib. Terkait mabrur dan mabrurah, menurut khatib tidak ada balasannya kecuali surga.

(jat/lus/detik)