Kisah Kak Seto Dari Gelandangan, Pembantu Rumah Tangga Hingga Bergelar Doktor

0
Kak Seto Mulyadi. foto istimewa (Instagram)

Jakarta -Di usia 70 tahun, kebanyakan orang biasanya disapa “Kakek” atau “Eyang”. Tapi tidak dengan Seto Mulyadi. Sejak 1970-an hingga sekarang siapapun tetap menyapanya “Kak Seto“. Maklum, aktivitas kesehariannya memang identik dengan dunia anak-anak. Padahal sebelum menekuni aktivitas tersebut dia mengaku pernah menjadi gelandangan.

Ketika lulus SMA, Kak Seto dan kembarannya, Kresno Mulyadi mengikuti tes kedokteran di Universitas Airlangga, Surabaya. Kemudian hasilnya adalah Kresno Mulyadi diterima menjadi mahasiswa kedokteran, sedangkan Kak Seto tidak.

Tidak patah semangat, Kak Seto masih terus mencoba daftar dan mengikuti tes kedokteran di beberapa kampus ternama. Tetapi takdir berkata lain, Kak Seto tetap dinyatakan tidak lulus menjadi mahasiswa kedokteran.

Merasa terpukul dengan kenyataan tersebut. Kak Seto nekat ‘minggat’ ke Jakarta dan melanjutkan hidupnya menjadi seorang gelandangan dan pemulung. Bahkan dia tidur di dekat tempat sampah daerah Blok M karena tidak punya saudara untuk tempat menumpang.

Perjalanan hidup Kak Seto mulai berubah ketika dia bertemu dengan Pak Kasur dan menjadi asisten pemilik taman kanak-kanak tersebut. Kak Seto mengisi hari-harinya untuk ikut membantu Pak Kasur melaksanakan pembelajaran dengan anak-anak di taman bermain.

Pak Kasur melihat potensi di dalam diri Kak Seto dan memintanya ikut tes masuk fakultas psikologi. Dan akhirnya, Kak Seto berhasil menjadi mahasiswa psikologi di Universitas Indonesia. Tidak hanya S1, bahkan sampai S3 beliau masih membahas tentang psikolog pendidikan. Biaya kuliahnya pun dari hasil gaji sebagai pembantu rumah tangga dan hasil menghibur anak-anak.

“Kemudian saya sudah mulai jatuh cinta pada ilmu psikologi. Ya sudah sekalian saja ambil S2 dan S3 dan kebetulan tesis saya di S2 juga tentang psikologi pendidikan. Kemudian untuk Doktornya saya ambil disertasi saya juga tentang psikologi pendidikan,” cerita Kak Seto dalam program Sosok di detikcom.

Seiring dengan putaran bumi, Kak Seto memulai karirnya sebagai entertainment di layar kaca. Dia mengasuh acara Aneka Ria Taman Kanak-kanak di TVRI bersama Henny Purwonegoro.

Nama Kak Seto makin dikenal orang sebagai sahabat anak. Akhirnya Kak Seto dipercaya untuk mengelola acara anak di televisi swasta waktu itu. Di situlah sosok Si Komo yang populer di masanya itu lahir, dari ide orisinal Kak Seto.

Kak Seto juga dikenal atas lagu-lagu anak kreasinya yang ceria dan mendidik. Lagu-lagu anak itu biasa dinyanyikan dalam program Si Komo.

“Ya memang sejak saya memegang cerita boneka si Komo itu selalu saya iringi dengan lagu-lagu baru. Nah itu yang kemudian mendorong saya untuk kreatif cipta lagu-lagu baru,” cerita Kak Seto.

Di akhir wawancara, Kak Seto berpesan agar orang tua jangan mendidik anak dengan kekerasan. Orang tua harus mengasuh anaknya dengan penuh senyuman.

(fuf/gah/detik)