Jakarta – SMA Pradita Dirgantara kembali mengirimkan siswa-siswanya ke kampus top dunia. Tahun ini, adalah Ryura Assyifa Ramadhina yang tak hanya diterima di 1, tapi 10 perguruan tinggi luar negeri sekaligus.
Siswa asli Solo itu berhasil mendapatkan 10 Letter of Acceptance (LoA) dari kampus-kampus di Kanada hingga Australia.
Baca juga:
Profil Ryura: Diterima 10 Kampus Luar Negeri hingga Pernah Jadi Murid Agnez Mo
Salah satu kampus yang menerima Ryura juga termasuk The Group of Eight, kumpulan kampus riset terkemuka di Australia.
Adapun daftar kampus yang menerima Ryura yaitu:
- Program Aerospace Engineering di Monash University
- Aeronautical Engineering di University of Sydney
- Aerospace Science Engineering di University of California (UC) Davis
- Program Environmental Science di Wageningen University and Research (WUR)
- Program Mechanical Engineering di The University of Western Australia
- Program Studies in Mathematical and Physical Sciences di University of Toronto
- Program Co-Op Mathematics di University of Toronto kampus Scarborough
- Program Mechanical Engineering di University of Toronto
- Program Mechanical Engineering di Queensland University
- Program Bachelor of Applied Science di The University of British Columbia (UBC)
Penasaran seperti apa sosok Ryura serta perjuangannya menjajaki kampus top dunia? Simak informasinya berikut ini.
Siap-siap Sejak SMP
Minat Ryura di bidang teknik dirgantara atau pesawat sudah tumbuh sedari dini. Tutur Ryura, keluarganya senang mengajaknya melihat pesawat yang kemudian menumbuhkan rasa penasarannya akan kapal terbang itu.
“Saya bingung kenapa sih pesawat gede gitu tapi bisa terbang tinggi, bikin saya bertanya-tanya,” ujarnya kepada detikEdu, Kamis (6/4/2023).
Di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), Ryura pun mulai belajar tentang pesawat. Dari kelas online yang diadakan secara gratis, Ryura belajar tentang aerospace dan aerospace structure and material.
“Bikin insight lebih banyak, tapi dari belajar itu doang nggak menjawab semua pertanyaan saya,” jelasnya.
Saat SMA Pradita Dirgantara melakukan sosialisasi ke SMP Ryura, Ryura pun memantapkan diri untuk melanjutkan SMA di sekolah tersebut.
“Dikasih tau kakak kelas di sekolah itu ditawarin Aerospace subject. Jadi kita siswa di sini belajar aerospace juga. Nah itu bikin saya tertarik masuk sekolah itu,” tuturnya.
Lewat persiapan tes yang matang, Ryura pun berhasil masuk ke SMA impiannya. Ia kemudian lanjut mendalami tentang materi-materi teknik dirgantara hingga menuntunnya ke jurusan impiannya.
Kantongi Segudang PrestasiMinat Ryura pada pesawat dan matematika membuatnya juara di salah satu olimpiade matematika bergengsi. Ryura berhasil menyabet medali perunggu pada American Mathematics Olympiad 2021.
Prestasi itulah yang kemudian Ryura masukkan dalam admisi kampus-kampus top dunia. Tak hanya itu, Ryura yang aktif di sekolah juga turut memasukkan kegiatan ekstrakulikulernya mulai dari ekskul basket hingga program kerelawanan di bidang kesehatan.
Menurutnya, admisi di kampus Amerika Serikat dan Kanada memberikan perhatian lebih pada kegiatan ekstrakurikuler dan kerelawanan siswa.
“Jadi saya masukin ekstrakulikuler saya mulai dari saya ikut basketball club, dance club. Terus ikut bikin program-program kayak buat experimental health,” jelasnya.
Aktif di Majelis Perwakilan Kelas (MPK), Ryura juga memasukkan pengalaman di organisasi tersebut ke dalam esai.
“Waktu saya masuk MPK, jadi member MPK, saya ngerasain kesulitan yang saya hadapi apa. Intinya obstacle menjalani tugas. Outputnya apa yang saya pelajari [dari] berorganisasi dan berkomunikasi satu sama lain,” tuturnya.
Program Persiapan Kampus Luar Negeri dari Sekolah
Tak sendiri, Ryura juga berjuang dengan 29 siswa lainnya yang ingin berkuliah di luar negeri. SMA Pradita Dirgantara memfasilitasi siswa dengan kelas-kelas persiapan pendidikan tinggi ini.
Mulai dari kelas 11, siswa akan dikelompokkan berdasarkan minatnya ke pendidikan tinggi, yaitu kelas persiapan untuk Perguruan Tinggi Luar Negeri (PTLN), Perguruan Tinggi Negeri (PTN), dan sekolah kedinasan.
Dibantu oleh 8 guru, Ryura dan teman-teman dibimbing dalam persiapan esai, wawancara, hingga pembuatan paspor.
Ryura yang mulanya masuk dalam siswa eligible SNBP pun tidak mengambil kuota tersebut. Saat ditanya alasannya, Ryura memutuskan untuk fokus mengejar kampus luar negeri.
“Karena saya fokus PLTN,” jawabnya.
Pernah Ingin Menyerah
Jalan yang dilalui tak selalu mulus. Ryura pernah ingin menyerah terlebih saat mengurus pendaftaran ke Amerika Serikat. Menurutnya, persyaratan dari kampus-kampus Amerika lebih ketat. Esai yang ia tulis pun harus dikoreksi berulang kali sebelum benar-benar siap dikirimkan.
“Saya tu nggak jago nulis at the first. Saya bener-bener nge-blank dan takut mulai dari mana dan saya pengen nyerah,” keluhnya.
“Tapi saya keinget mimpi sama tujuan saya, ikut program ini buat apa. Jadi saya bener-bener membangun motivasi dari diri saya sendiri dengan mengingat mimpi-mimpi dan apa yang saya idam-idamkan,” sambungnya.
Selama masa-masa itu, baik keluarga, teman, dan guru Ryura sangat suportif. Menggunakan sistem asrama, teman-teman Ryura akan saling mendukung satu sama lain apabila ada yang merasa kesulitan.
“Kalau ada yang down pasti langsung disemangatin. Dikasih makanan atau notes ‘semangat kamu pasti bisa’ yang bener-bener little things matter dengan kata-kata semangat dari orang lain itu membangun motivasi itu,” jelasnya.
Dukungan juga datang dari kepala sekolah, manajemen, dan Yayasan Ardhya Garini (Yasarini) untuk pendidikan Ryura dan seluruh siswa Pradita.
“Terima kasih untuk Kepala Sekolah, Yasarini, dan seluruh civitas. Dukungan selama 3 tahun sekolah di Pradita itu luar biasa istimewa,” ungkap Ryura.
Kini Ryura sedang menunggu beasiswa dari Beasiswa Indonesia Maju (BIM) Kemendikbudristek. Siswa yang sudah mantap ingin melanjutkan kuliah di University of Toronto ini pun berpesan kepada siswa yang sedang berjuang seperti dirinya untuk tetap semangat dan ingat tujuan yang sudah dibuat.
“Kalian harus bisa bikin diri kalian sendiri bangga. Prove to yourself. Harus buktiin ke diri kalian sendiri kalo kita sebenarnya bisa,” pungkasnya.
(nir/twu/detik)