Konflik Laut Merah Berdampak ke Singapura, Harga BBM Kapal Jadi Makin Mahal!

0
Jakarta – Serangan milisi Houthi di Laut Merah yang kian memanas mulai berdampak ke negara tetangga seperti Singapura. Karena serangan ini, Negeri Singa itu bisa kehilangan ‘pelanggan’ yang biasanya mengisi bahan bakar kapal di pelabuhan.

Melansir dari Reuters, Jumat (26/1/2024), serangan milisi Houti di Laut Merah telah membuat banyak kapal pengangkut harus berlayar memutar untuk menghindari konflik senjata.

Akibatnya kapal-kapal ini harus mengisi bahan bakarnya di Singapura. Padahal pelabuhan di negara kecil tetangga RI itu sudah sangat sibuk mengurus pengisian bahan bakar kapal-kapal pengangkut reguler.

Kondisi ini membuat ketersediaan tongkang bunker yang biasa digunakan untuk memasok bahan bakar ke kapal, semakin menipis. Permasalahan ini juga diperburuk oleh beberapa operator kapal yang sebelumnya mengubah tongkang rendah sulfur menjadi tongkang dengan sulfur tinggi.

Pada akhirnya banyak kapal pengirim harus menunggu waktu antre yang lebih lama hingga harga yang lebih tinggi untuk melakukan pengisian bahan bakar rendah sulfur (VLSFO).

“Waktu tunggu untuk mendapatkan slot paling awal untuk pemesanan tongkang VLSFO meningkat dua kali lipat menjadi sekitar dua minggu, dibandingkan dengan rata-rata biasanya satu minggu,” kata salah seorang sumber yang namanya tidak ingin disebutkan kepada Reuters.

Kemudian sumber itu juga menyebut biaya premi bunker Singapura untuk pengisian VLSFO sudah naik hingga lebih dari US$ 30 per metrik ton. Padahal sebelumnya harga premi ini sudah naik dari US$ 25 menjadi US$ 30 pada pertengahan Januari ini.

Padahal sebelumnya pada awal Januari harga premi pengisian VSLFO masih sekitar US$ 20. Kenaikan harga yang terus menerus terjadi ini tentu akan sangat merugikan Singapura ke depannya.

Sejalan dengan itu Ivan Mathews selalu Kepala konsultan penyulingan di FGE juga mengatakan jika ketegangan di Laut Merah terus berlanjut, pasar bahan bakar kapal di Singapura akan semakin ketat.

Akibatnya permintaan pengisian dan harga bahan bahan bakar akan semakin meningkat hingga membuat waktu tunggu semakin lama. Dalam jangka panjang hal ini tentu dapat berdampak sangat buruk bagi Singapura lantaran operator pelayaran akan berpindah dan melakukan pengisian bahan bakar di negara lain.

“Waktu tunggu yang lebih lama untuk tongkang yang tersedia dan premi pengiriman yang lebih tinggi justru dapat membatasi permintaan bahan bakar bunker Singapura dari tingkat pada bulan Desember karena banyaknya kapal yang mungkin memilih untuk mengisi bahan bakar di pelabuhan Asia lainnya,” tambahnya.
(kil/detik)