Jumlah orang yang belum ditemukan saat ini turun menjadi 103 orang dari sebelumnya 195 orang, menurut otoritas di wilayah Ishikawa yang dilanda gempa dahsyat dengan Magnitudo (M) 7,5 pada 1 Januari lalu.
Gempa tersebut telah merobohkan bangunan, memicu kebakaran besar, dan memicu gelombang tsunami setinggi lebih dari satu meter.
Ribuan penyelamat telah dikerahkan dari seluruh Jepang. Namun, pekerjaan mereka menjadi rumit karena jalan-jalan terputus akibat gempa dan diperkirakan terjadi 1.000 tanah longsor.
Dalam dua hari terakhir, wilayah tersebut diselimuti salju sehingga mempersulit operasi penyelamatan.
Sebelumnya, seorang wanita berusia 90-an tahun bertahan selama lima hari di bawah reruntuhan rumah yang runtuh di kota Suzu di Semenanjung Noto, yang terkena dampak paling parah, sebelum diselamatkan pada hari Sabtu lalu
“Tetap bertahan!” terdengar suara tim penyelamat memanggil wanita tersebut, dalam rekaman video polisi dari lokasi kejadian yang dipublikasikan oleh media lokal, seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (8/1/2023).
“Anda akan baik-baik saja!” kata mereka berteriak. “Tetap positif!”
Cuaca dingin juga kemungkinan akan memperburuk kondisi lebih dari 28.800 orang yang kini berada di 404 tempat-tempat penampungan pemerintah.
Jepang mengalami ratusan gempa bumi setiap tahunnya, namun sebagian besar tidak menimbulkan kerusakan karena peraturan bangunan yang ketat yang diterapkan selama lebih dari empat dekade.
Namun, banyak bangunan yang berusia lebih tua, terutama di komunitas yang menua dengan cepat di daerah pedesaan seperti Noto.
Negara ini dihantui oleh gempa mengerikan pada tahun 2011 yang memicu tsunami, menyebabkan sekitar 18.500 orang tewas atau hilang dan menyebabkan bencana nuklir di pembangkit listrik Fukushima.
(ita/detik)