Berbicara pada hari Selasa (26/9), waktu setempat, hari yang sama ketika Sekjen PBB Antonio Guterres mengingatkan tentang lomba senjata nuklir baru, Korea Utara mengatakan bahwa tindakan AS selama setahun terakhir telah mendorong semenanjung itu “lebih dekat ke ambang perang nuklir.”
Kim Song, Duta Besar (Dubes) Korea Utara untuk PBB, mengecam tindakan Korea Selatan di bawah Presiden Yoon Suk Yeol, seorang konservatif yang telah berupaya membangun kerja sama yang lebih erat dengan Washington serta saingan bersejarahnya, Jepang.
“Karena kebijakannya yang bersifat menjilat dan memalukan, yaitu bergantung pada kekuatan luar,” kata Kim dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, “Semenanjung Korea berada dalam situasi yang sangat berbahaya dengan bahaya pecahnya perang nuklir,” imbuhnya, dikutip kantor berita AFP, Rabu (27/9/2023).
Dia menunjuk pada pembentukan Kelompok Konsultasi Nuklir baru-baru ini, di mana lewat kelompok itu, Amerika Serikat berharap dapat mengintegrasikan kapasitas nuklirnya dengan lebih baik dengan kekuatan konvensional Korea Selatan, seiring kedua sekutu tersebut meningkatkan pertukaran informasi dan perencanaan darurat.
Kim mengatakan kelompok itu “berkomitmen pada perencanaan, operasi dan pelaksanaan serangan nuklir pendahuluan terhadap DPRK” (singkatan nama resmi Korea Utara, Republik Demokratik Rakyat Korea).
Sebelumnya, Korea Utara telah memicu kecaman dari Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan melalui serangkaian uji coba rudal yang dilakukannya.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah berulang kali mengatakan bahwa mereka terbuka untuk berdialog dengan Korea Utara tanpa prasyarat, namun Pyongyang tidak menunjukkan minat untuk melakukan pembicaraan tingkat kerja.
(ita/detik)