Seperti dilansir Reuters, Jumat (31/5/2024), otoritas Korut menyebut Korsel, negara tetangganya, sebagai “rezim gangster”.
Laporan kantor berita Korean Central News Agency (KCNA) menyebut pemimpin Korut Kim Jong Un mengawasi latihan tembak melibatkan sistem peluncur roket multiple “super besar” 600 mm pada Kamis (30/5) waktu setempat.
Disebutkan oleh KCNA bahwa pasukan artileri berhasil mengenai target di sebuah pulau yang berjarak sekitar 365 kilometer dari daratan utama Korut, dengan Kim Jong Un mengawasi langsung di lokasi peluncuran.
Sejumlah foto yang dirilis media pemerintah Pyongyang menunjukkan 18 rudal, yang diidentifikasi oleh para pakar sebagai jenis KN-25, meluncur ke udara dari sistem peluncur mobile.
Seoul sebelumnya melaporkan pihaknya mendeteksi setidaknya 10 rudal balistik jarak pendek ditembakkan oleh Pyongyang dari lepas pantai timur wilayahnya. Disebutkan oleh Korsel bahwa aktivitas peluncuran itu kemungkinan ditujukan untuk calon pembeli senjata, termasuk Rusia.
Wakil juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel, Kim In Ae, menyebut peluncuran rudal itu jelas merupakan aksi provokasi yang mengancam perdamaian di Semenanjung Korea. Rudal-rudal itu diluncurkan beberapa hari setelah Korut gagal menempatkan satelit mata-mata terbaru ke orbit luar angkasa.
Sistem peluncur roket “super besar” yang pertama kali diuji coba tahun 2019, menurut Pusat Studi Internasional dan Strategis, mengaburkan perbedaan antara sistem roket peluncur multiple dan rudal balistik jarak pendek.
Laporan KCNA menyebut bahwa “hujan api untuk pemusnahan” yang ditampilkan dalam latihan tembak itu menunjukkan tekad Korut untuk mempertahankan kedaulatannya dan bereaksi terhadap musuh.
Latihan itu, menurut KCNA, mencakup penggunaan sistem pengendalian tembakan yang baru-baru ini diungkapkan dan merupakan bagian dari sistem manajemen senjata nuklir gabungan pemerintah.
(nvc/ita/detik)