Jakarta -Lebanon tengah mengalami kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Kelangkaan itu menyebabkan pemadaman listrik berkepanjangan, di mana saat yang sama negara itu tengah mengalami krisis keuangan.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (14/8/2021), aktivitas hingga fasilitas umum negara itu lumpuh. Termasuk toko roti, bisnis, dan rumah sakit mengurangi operasi atau menutup sepenuhnya. Hal itu tentu membuat hidup masyarakat di sana lebih sulit.
BBM sebagai penggerak aktivitas di Lebanon telah menghilang dari pasar, orang Lebanon kepanasan di rumah saat musim panas, hidup tanpa lampu atau AC, isi dari kulkas juga terpaksa dibuang, dan mobil yang dimiliki kini tanpa bensin.
Banyak yang mengatakan kondisi kehidupan lebih buruk daripada selama perang saudara 30 tahun lalu tepatnya pada 1975-1990. “Selama perang saudara, bahkan dengan betapa mengerikannya itu, tidak ada pemadaman listrik,” kata salah satu warga Hassan Khalife.
Rabu lalu, Menteri Kelistrikan Lebanon mengatakan negaranya membutuhkan daya 3.000 megawatt untuk kebutuhan listrik, tetapi hanya memiliki sedikit bahan bakar dan hanya menghasilkan 750 megawatt listrik. Akibatnya dalam sehari masyarakat Lebanon hanya merasakan listrik satu hingga dua jam saja.
Krisis BBM ini menjadi lanjutan dari krisis keuangan di Lebanon yang telah terjadi sejak 2019. Hal itu terjadi akibat korupsi dan salah urus selama beberapa dekade oleh elit penguasa yang gagal menemukan solusi saat lebih dari separuh populasi Lebanon telah tenggelam dalam kemiskinan.
(ara/ara/detik)